Djawanews.com – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Raja Yordania, Abdullah II bin Al-Hussein bertemu di Gedung Putih, Washington D.C. terkait rencana pemindahan warga Palestina dari Gaza secara permanen. Trump bersikukuh dengan idenya untuk mengubah Gaza menjadi "Riviera Timur Tengah," sementara Raja Abdullah II dengan tegas menolak rencana tersebut.
Trump menyatakan keyakinannya bahwa rencananya akan membawa perdamaian dan kemakmuran bagi wilayah tersebut.
"Kami akan mengambilnya. Kami akan mempertahankannya, kami akan menghargainya. Kami akan mewujudkannya pada akhirnya, di mana banyak pekerjaan akan tercipta bagi orang-orang di Timur Tengah," kata Presiden Trump di Ruang Oval, seraya mengatakan rencananya akan "membawa perdamaian" ke wilayah tersebut, melansir Reuters 12 Februari.
Raja Abdullah II kemudian mengatakan, Ia menegaskan kembali kepada Trump "posisi teguh" Yordania terhadap pemindahan warga Palestina di Gaza, serta di Tepi Barat yang diduduki yang berbatasan dengan negaranya.
"Ini adalah posisi Arab yang bersatu," katanya dalam sebuah unggahan di X.
"Membangun kembali Gaza tanpa menggusur warga Palestina dan mengatasi situasi kemanusiaan yang mengerikan harus menjadi prioritas bagi semua," tegasnya.
Terlepas dari pandangan mitranya dari Yordania, Presiden Trump mengatakan Yordania, serta Mesir, pada akhirnya akan setuju untuk menampung penduduk Gaza yang mengungsi. Kedua negara bergantung pada Washington untuk bantuan ekonomi dan militer.
"Saya yakin kita akan memiliki sebidang tanah di Yordania. Saya yakin kita akan memiliki sebidang tanah di Mesir," kata Presiden Trump.
"Kita mungkin punya tempat lain, tetapi saya pikir ketika kita menyelesaikan pembicaraan kita, kita akan punya tempat di mana mereka akan hidup dengan sangat bahagia dan sangat aman," tandasnya.
Presiden Trump, yang telah mengisyaratkan dapat mempertimbangkan untuk menahan bantuan ke Yordania, mengatakan tidak menggunakan dukungan sebagai ancaman.
"Kita menyumbangkan banyak uang ke Yordania, dan juga ke Mesir, banyak untuk keduanya. Tetapi saya tidak perlu mengancam itu. Saya pikir kita berada di atas itu," jelas Presiden Trump.
Raja Abdullah II sebelumnya mengatakan menolak segala upaya untuk mencaplok tanah dan menggusur warga Palestina.
Ia adalah pemimpin Arab pertama yang bertemu Trump sejak rencana Gaza digulirkan.
Pemindahan permanen warga Gaza dikatakan Presiden Trump saat menerima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu, kemudian diikuti dengan komentarnya untuk mengambil alih Gaza dan membangunnya. Itu menuai kecaman Palestina, negara-negara di kawasan dan global.
Negara-negara Arab akan datang ke Washington dengan usulan balasan, katanya.
"Intinya adalah bagaimana membuat ini berhasil dengan cara yang baik untuk semua orang," katanya, tampak tidak nyaman, tanpa secara eksplisit mendukung atau menentang rencana Presiden Trump.