Djawanews.com – Saat wabah virus corona atau Covid-19 mulai menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, ribuan mahasiwa Yogyakarta yang berasal dari luar daerah memilih untuk mudik ke kampung halaman. Hal tersebut menyebabkan Yogyakarta kehilangan potensi perputaran uang hingga puluhan miliar per hari.
Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Indonesia wilayah Yogyakarta, Prof Fathul Wahid dalam acara diskusi daring bertajuk Persiapan Kebiasaan Baru dan Perguruan Tinggi di DIY.
Wahid yang juga merupakan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) menyebut, saat ini di Yogyakarta ada sekitar 130 perguruan tinggi negeri dan swasta.
Survei Bank Indonesia perwakilan Yogyakarta mencatat, pada tahun 2020, ada 357 ribu lebih mahasiswa diploma dan sarjana di Yogyakarta.
Dari jumlah itu, sekitar 274 ribu di antaranya berasal dari luar daerah.
Ketika mereka pulang kampung, maka tak ada lagi pengiriman dari orangtua ke mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup di Yogyakarta.
Padahal, menurut data Bank Indonesia, belanja kebutuhan mahasiswa dalam satu bulan di Yogyakarta mencapai Rp 3 juta.
Hal tersebut menyebabkan, Yogyakarta berpotensi kehilangan potensi uang beredar hingga Rp 27 miliar perhari.
“Jadi sekarang di DIY itu dari sumber mahasiwa saja, diploma dan sarjana, ada potensi yang beredar yang berkurang sampai Rp 833 miliar per bulan. Atau kalau kita bagi 30 sekitar Rp 27 miliar per hari. Bisa dibayangkan, seberapa signifikan terhadap perputaran roda ekonomi lokal,” ujar Wahid dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ombudsman DIY pada Rabu (22/7/2020) melansir VOA Indonesia.