Djawanews.com – Bisnis bus pariwisata merupakan salah satu unit usaha yang paling merasakan imbas pandemi Covid-19. Dibandingkan pelaku usaha bus untuk angkutan umum seperti Antarkota Antarprovinsi (AKAP) atau Antarkota Dalam Provinsi (AKDP) reguler, usaha penyewaan bus pariwisata paling terpukul akibat pandemi.
Bus sewa carteran pada sejumlah objek wisata ini tidak beroperasi sama sekali saat pandemi. Padahal jumlah armadanya mencapai belasan ribu.
Hal ini menurut Ketua Umum Perkumpulan Transportasi Wisata Indonesia, Yuli Sayuti membuat banyak pengusaha bus pariwisata menjerit.
“Jika satu bus Pariwisata itu dioperasikan, katakanlah tiga tenaga kerja lepas terdiri atas dua orang driver (sopir) dan satu kernet, maka kalau dikalikan per orang masing-masing punya tiga anggota keluarga (istri dan dua anak) maka ada puluhan ribu orang terdampak di sektor ini,” ungkap Yuli Sayuti dikutip dari Sindonews.
“Itu belum yang lain, kami ada banyak perizinan yang harus dibayar kembali. Misalnya perpanjangan STNK, uji KIR yang sudah mulai masuk jatuh tempo,” lanjutnya menambahkan.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di Djawanews.