Djawanews.com – Adanya peningkatan aktifitas Gunung Merapi beberapa waktu belakangan, membuat banyak orang memprediksi erupsi Gunung Merapi terjadi dalam waktu yang tidak lama.
Adanya tanda-tanda erupsi, juga berdampak kepanikan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Lereng Merapi. Terkait dengan hal tersebut, Pakar Vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agung Harijoko meminta agar masyarakat tidak terlalu panik.
Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM tersebut juga menyatakan jika kini Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih terus memantau aktivitas Gunung Merapi dengan baik.
Agung juga menekankan agar masyarakat perlu mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari erupsi gunung api. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya mitigasi bencana.
Bahaya utama erupsi Merapi adalah saat terjadi longsoran kubah lava dengan volume besar. fenomena tersebut kemudian akan membentuk awan panas atau yang diasa disebut dengan “wedhus gembel”.
Tidak hanya longsoran kubah lava, ancaman berikutnya adalah abu vulkanik yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan. “Saat terjadi hujan abu, masyarakat diharapkan memakai masker untuk mencegah partikel-partikel abu halus terhirup ke tubuh,” terang Agung.
Agung juga menjelaskan, jika setelah erupsi berakhir masih ada ancaman lainnya yaitu lahar dingin ketika musim penghujan. Perlu diketahui, curah hujan dengan intensitas tinggi dapat membawa material vulkanik dari letusan.
“Tetap tenang dan jangan panik. Ikuti arahan dan patuhi rekomendasi yang disampaikan oleh BPPTKG atau BPBD setempat,” imbuhnya.
Simak berita terkait erupsi Gunung Merapi dan hal-hal menarik lainnya hanya di Warta Harian Nasional Djawanews.