Djawanews.com – Pembelajaran jarak jauh atau sekolah daring adalah metode mengajar yang digunakan selama pandemi Covid-19. Namun kesulitan jaringan internet masih menjadi persoalan para pelajar di wilayah DIY.
Pakar Kebijakan Publik UGM, Agustinus Subarsono, mengemukakan jika siswa serta orang tua belum siap dalam melakukan pembelajaran model tersebut.
Dosen Manajemen Kebijakan Publik FISIPOL UGM tersebut mengimbau agar pemerintah turut mengusahakan jaringan internet agar dapat diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.
Selain sulitnya jaringan internet, Subarsono mengungkapkan ada persoalan lainnya yaitu keterbatasan biaya para siswa untuk mengakses internet itu sendiri. Selain itu, keterbatasan waktu orang tua dalam mendampingi anaknya juga menjadi persoalan tersendiri.
Kemudian masih ada persoalan lainnya, yaitu keterbatasan keterampilan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Masalah tersebut banyak dialami para guru lantaran tidak semuanya terbiasa dengan teknologi yang digunakan untuk sekolah daring.
“Semakin tua usia guru hambatan dalam pemanfaatan teknologi semakin besar. Hambatan relatif lebih kecil dialami pada guru yang berusia dibawah 35 tahun,” jelas Subarsono dilansir dari Harian Jogja, (6/8).
Meskipun demikian, Subarsono tetap merekomendasikan sekolah daring tetap dilakukan meskipun pandemi berakhir. Hal tersebut menurutnya tetap harus dilakukan sebagai inovasi pembelajaran.
“Kebijakan pendidikan pembelajaran jarak jauh antara online dan offline sebagai alternatif masa new normal. Sementara itu pembelajaran tatap muka dapat dimulai ketika lingkungan sekolah dinyatakan aman dan ada kesepakatan dengan para pemangku kepentingan,” terangnya.
Dari permasalahan sekolah daring yang ada, semoga pemerintah segera mengambil langkah tepat. Jangan lupa simak berita menarik lainnya hanya di Warta Harian Nasional Djawanews.