Djawanews.com – Selain mewaspadai pandemi Covid-19, masyarakat di Sleman, Yogyakarta juga harus mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, kasus DBD di Sleman pada semester pertama 2020 memiliki 598 kasus. Sedangkan dua orang di antaranya meninggal dunia.
Kekhawatiran ini juga sempat diungkapkan oleh Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Dulzaini. Ia mengatakan bahwa dibanding tahun 2019, kasus DBD mengalami peningkatan. Sebab sampai dengan Desember 2019 kasus ini hanya tercatat sebanyak 724 kasus.
Berbeda dengan tahun 2020 yang pada pertengahan tahun kasusnya sudah mencapai 598. Ia juga memprediksi dalam satu tahun pasti ada kenaikan kasus.
Belum ada Kasus DBD Disertai Covid-19
Untuk saat ini, kasus DBD tertinggi berada di daerah Kecamatan Prambanan dengan jumlah kasus sebanyak 95 kasus. Kemudian disusul oleh Kecamatan Mlati yang memiliki 77 kasus, dan Kecamatan Godean yang mencatatkan 72 kasus. Adapun Kecamatan Gamping memiliki 66 kasus, sedangkan kecamatan Ngaglik punya 64 kasus.
“Di Kecamatan Depok ada 56 kasus dan Kecamatan Sleman 46 kasus,” tambah Dulzaini, Kamis (25/6).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dulzaini sedang berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Prambanan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab banyaknya kasus DBD.
Tak sampai situ, pihaknya juga memberi arahan kepada pokjanal DBD kecamatan, khususnya mengenai pemantauan di wilayahnya tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan kebersihan lingkungan.
Masyarakat juga diminta untuk melakukan gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J). Jika diperlukan, Dinkes juga menyediakan larvasida dan anggaran untuk foging. Pelaksanaan foging akan dilakukan sesuai dengan protap.
“Serta Supervisi dan monitoring penatalaksanaan DBD di RS, dan penyampaian informasi tentang DBD selama pandemi Covid-19,” katanya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada kasus DBD yang disertai dengan kasus Covid-19 secara bersamaan. Menurutnya. infeksi ganda bisa saja terjadi karena DBD dan Covid-19 punya metode penularan yang berbeda.