Djawanews.com – Musim penghujan segera tiba. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai melakukan persiapan, salah satunya adalah pengecekan alat pendeteksi bencana atau early warning system (EWS) di sejumlah lokasi.
Pengecekan dilakukan karena berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Sleman, curah hujan tahun ini cukup tinggi. Dengan kondisi tersebut, kesiapan alat pendeteksi bencana perlu dicek.
"Kemarin sudah ada beberapa yang laporan. Ada beberapa EWS yang kondisinya rusak. Kami bersama BPBD Kabupaten/Kota sudah koordinasi, hampir rata-rata EWS yang ada di pantai mengalami kerusakan," ungkap Biwara Yuswantana, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Minggu (11/10/2020), dikutip dari tribunjogja.com.
Pendeteksi bencana itu, antara lain pendeteksi tsunami, banjir, tanah longsor, aktivitas merapi, dan awan panas. EWS yang paling rusak adalah EWS tsunami.
"Yang terpantau rusak parah itu EWS pendeteksi tsunami. Di daerah pantai. Di Gunungkidul itu tujuh alami rusak. Di Bantul juga hampir seluruhnya rusak. Kalau ditotal ya sekitar ada 20 termasuk di Gunungkidul," jelas Biwara.
Ia menjelaskan, sejumlah EWS tersebut rusak karena mengalami korosi.
"Banyaknya itu karena terjadi korosi pada beberapa komponen," tambahnya.
Ia mengetakan, pihaknya masih terus melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota guna mengetahui kondisi terkini EWS. Sejumlah EWS juga telah diajukan ke BNPB untuk dilakukan penggantian.
"Beberapa sudah kami laporkan ke BNPB. Karena rekap laporan ini masih belum terkumpul semuanya. Teman-teman di kabupaten masih terus mendata," tandasnya.
Jika Anda ingin mendapatkan info terkini lain, baik berita lokal, nasional, maupun mancanegara, ikuti terus rubrik berita hari ini di Warta Harian Nasional Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik, jangan lupa ikuti Instagram @djawanescom.