Djawanews.com—Pandemi Covid-19 meningkatkan angka kemiskinan di Kota Yogyakarta. Menyikapi hal ini Bappeda Kota Yogyakarta menyusun tiga skenario berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi, yaitu pesimis, moderat, dan optimis.
Dilansir Djawanews dari Tribunjogja, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono menjelaskan perihal ketiga skenario tersebut.
Skenario pesimis artinya Pemkot Yogyakarta menyiapkan skenario terburuk pertumbuhan ekonomi di Kota Yogyakarta, sementara moderat adalah skenario menengah, sedangkan optimis artinya sudah mulai membaik.
“Selama pandemi Covid-19 ini kan target kinerja kita berubah. Karena kita tidak tahu Covid-19 ini seperti apa, maka kita buat tiga skenario, pesimis, moderat, optimis. Ada asumsi-asumsi yang mendasari untuk menentukan skenario itu. Kalau merencanakan kan kita rencanakan yang terburuk dulu,” kata Agus, Minggu (28/06/2020).
Melihat dampak Covid-19 yang cukup memukul perekonomian, Agus mengungkapkan pihaknya menargetkan skenario pesimis tahun ini.
Bagaimana Covid-19 mempengaruhi perekonomian Kota Yogyakarta bisa dilihat dari ketergantungannya pada pada sektor pariwisata. Dengan adanya Covid-19, sektor pariwisata sangat menurun yang berimbas pada meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan Kota Yogyakarta.
Angka kemiskinan di Kota Yogyakarta tahun 2020 berdasarkan asumsi pesimis ditetapkan 13,97 persen, asumsi moderat ditetapkan 12,4 persen, dan asumsi optimis ditetapkan 10,6 persen.
Namun meskipun demikian, Agus memastikan Pemkot Yogyakarta melakukan upaya maksimal agar asumsi pesimis tidak terjadi. Ia menargetkan tahun 2021 angka kemiskinan bisa menjadi 10,7 persen dan pada 2022 turun menjadi 7,1 persen. Hal itu termaktub dalam target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Yogyakarta.