Djawanews.com – Angka stunting di Jawa Tengah yang tinggi sampai saat ini masih jadi perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng. Meski mengalami penurunan, stunting atau gagal tumbuh anak karena kurang gizi masih dianggap tinggi.
Kepala Dinkes Jateng, Yulianto Prabowo, mengungkapkan bahwa pada bulan Februari 2020, pihaknya mencatat angka stunting di Jateng mencapai 14,9%.
“Jadi dari data riset sebelumnya, ada 955.835 balita yang diukur tinggi badannya, dari jumlah tersebut 14,9 persen diantaranya mengalami stunting,” katanya, Jumat (7/8/2020).
Ada tiga daerah di Jateng yang memiliki angka bayi stunting tinggi, yakni Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, dan Kabupaten Rembang. Dinkes Jateng sampai saat ini mengaku masih berusaha menekan angka stunting balita. Salah satunya adalah dengan melakukan pemantauan gizi pada balita lewat puskesmas atau posyandu.
“Di masa pandemi ini, palayanan puskesman atau posyandu tentu harus melihat pandemi di daerah masing masing dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan,” tambahnya.
Selain itu dilakukan pula survei gizi lewat Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), ada pula pemantauan dari program jogo tonggo, dan pemantauan balita stunting yang dikoordinasikan oleh bidan desa sertempat.
“Intervensi gizi juga dilakukan, dengan didistribusikan melalui puskesmas, posyandu, bidan dan jogo tonggo. Lalu edukasi terus-menerus terkait pencegahan dan penanggulangan terhadap stanting juga terus dilakukan,” katanya.
Adapun ketiga daerah di Jawa Tengah yang memiliki angka stunting tinggi secara berurutan yakni Kabupaten Wonosobo dengan 27,17% balita, Banjarnegara dengan 24,31 % balita, dan Kabupaten Rembang dengan 24,15 % balita.