Djawanews.com – PT ThorCon Power Indonesia (PT TPI) menginvestasikan dana senilai Rp17 triliun untuk membangun pembangkit nuklir di Indonesia. Pembangkit nuklir ini direncanakan bisa beroperasi secara komersial pada 2032.
Rencana Proyek Pembangkit Nuklir Senilai Rp17 Triliun
Ada beberapa hal menarik yang patut diketahui terkait rencana pembangunan pembangkit energi nuklir yang disampaikan saat konferensi pers, Selasa, 28 Maret lalu yakni sebagai berikut.
- Butuh Dana Besar
Pembangunan pembangkit energi nuklir di Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar. Menurut Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia Bob S Effendi, investasi yang diperlukan untuk membangun pembangkit nuklir tersebut sebesar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat atau kurang lebih Rp17 triliun. Dana tersebut tidak akan memakai APBN namun didapat dengan skema IPP (Independent Power Producer).
- Pembangunan Dilakukan di Korea di Atas Kapal
Bob S Effendi juga mengatakan bahwa pembangunan planting tidak dilakukan di Indonesia namun di Korea di atas kapal. Setelah selesai kapal reaktor akan berlabuh di pelabuhan Pulau Gelasa, Kepulauan Bangka-Belitung. Sedangkan di Indonesia akan dibangun fasilitas terkait seperti pelabuhan dan fasilitas uji nonvisi.
"Yang dibangun di sini (Indonesia) lebih kepada Pulau Kelasanya, pelabuhannya dan juga fasilitas uji nonvisi. Jadi, sehingga sebagian besar investasi itu akan ada di luar negeri (saat ini)," katanya dalam konferensi pers di kantor Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Jakarta Pusat.
- Kemungkinan Membangun Pabrik di Indonesia
Pembangunan reaktor nuklir di atas galangan kapal adalah karena lebih cepat. Ke depannya setelah PLTN beroperasi, Bob menuturkan bahwa pihaknya tak menutup kemungkinan membangun pabrik di Indonesia.
- Dibangun di Bangka Belitung
Hingga saat ini belum ditentukan lokasi pembangunan pabrik untuk kebutuhan PLTN di Indonesia. Akan tetapi ada kemungkinan pabrik dibangun di Bangka Belitung yakni di Pulau Gelasa.
Plt. Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Sugeng Sumbarjo, sendiri sempat menjelaskan alasan pemilihan Pulau Gelasa sebagai lokasi pembangunan reaktor nuklir Thorcon Power Indonesia. Pertimbangan yang diambil adalah bahwa pulau tersebut jauh dari gunung berapi dan tercatat tidak diguncang gempa selala ratusan tahun. Selain itu potensi kebakaran hutan di wilayah tersebut kecil.
“Ini nanti akan dilihat oleh kami satu-satu termasuk juga standard yang kita pakai, standard terbaru setelah tragedi Fukushima,” katanya di Gedung Bapeten, Selasa.
- Target Pengoperasian
Sugeng Sumbarjo menjelaskan, pihaknya menargetkan pengoperasian reaktor nuklir Thorcon Molten Salt Reactor 500 MW (TMSR500) secara komersial di tahun 2032. Untuk tahun ini pihaknya akan melakukan evaluasi seluruh dokumen yang berkaitan dengan pembangunan reaktor nuklir Thorcon Power Indonesia.
Setelah itu proses akan lanjut ke izin tapak, izin desain, sampai izin konstruksi. Proses ini akan berjalan sampai 2028. Proses selanjutnya adalah proses konstruksi reaktor nuklir yang dilakukan selama satu atau dua tahun yakni hingga 2030.
“Adapun proses selanjutnya demonstration plant dan diharapkan 2032 bisa beroperasi komersial. Tentu target ini bisa diraih sepanjang jadwal ini bisa dipenuhi semuanya dengan baik,” tuturnya.
Menurut Sugeng, dari hasil review dan kerangka regulasi, BAPETEN sudah memberi pandangan bahwa desain TMSR500 memperhitungkan mitigasi kecelakaan Fukushima serta bahaya eksternal lain, dan bahaya eksternal yang biasa terjadi di Indonesia.