Djawanews.com – Sampai hari ini, aktivitas mahasiswa Yogyakarta masih belum pulih seperti sedia kala. Hal tersebut berdampak pada ekonomi Yogyakarta yang dijuluki sebagai Kota Pelajar dan Kota Wisata.
Berdasarkan penilaian Bank Indonesia DIY, adanya penurunan aktivitas mahasiswa di kota Jogja dengan adanya kebijakan pembelajaran daring dampaknya terasa menurunkan kontribusi pendidikan pada pertumbuhan ekonomi di kota tersebut.
BI DIY pernah mengkaji bahwa kontribusi perguruan tinggi di DIY dalam perekonomian semakin besar. berdasarkan data survei dan kajian dengan point yang sama di 2016 dan 2020, ada peningkatan pengeluaran biaya mahasiswa di DIY.
Pada tahun 2020, pengeluaran biaya hidup dan biaya pendidikan mahasiswa berada di angka Rp17,2 triliun per tahun atau 12,2 persen dari total PDRB DIY. Sedangkan di tahun 2016, kontribusi pengeluaran biaya mahasiswa setara dengan 10,4 persen dari PDRB DIY.
Sementara itu, pengeluaran biaya hidup mahasiswa di DIY mengalami penambahan dalam empat tahun terakhir. Di tahun 2020, biaya hidup mahasiswa Program Studi Diploma dan Sarjana di DIY rata-rata sebesar Rp2,92 juta/bulan. Pengeluaran bahkan lebih tinggi dibanding Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY 2020, yakni sebesar Rp1,7 juta.
Biaya hidup mahasiswa itu paling besar dihabiskan untuk kebutuhan makan dan minum, dengan porsi 30,2 persen dari pengeluaran mahasiswa. Selain itu masih ada kebutuhan lain seperti kebutuhan gaya hidup atau lifestyle yang besarnya mencapai 24,6 persen, dan biaya tempat tinggal dengan porsi 20,1 persen
“Pendidikan ini memang sumbangannya besar bagi pertumbuhan ekonomi. Untuk dampak dari pandemi Covid-19 pada sektor pendidikan tentu sangat terasa. Bisa dilihat mungkin yang masuk cuma biaya kuliah, untuk yang lain seperti mereka makan, laundry, mereka hangout, akan berkurang [jika dilakukan pembelajaran daring],” kata Hilman, Minggu (2/8/2020).
Dampak ekonomi akan semakin terasa jika ke depannya para calon potensial mahasiswa Yogyakarta dari luar daerah ternyata memilih untuk kuliah di daerah mereka sendiri. Dengan demikian, pengurangan aktivitas mahasiswa akan semakin berdampak pada ekonomi kota Jogja.