Profil Arvila Delitriana, wanita pembangun Flyover Kuningan.
Nama Arvila Delitriana muncul ke publik, setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunggah foto pembangunan jembatan lengkung LRT Jabodebek. Dalam unggahannya, Jokowi juga menyatakan ucapan terima kasih kepada sejumlah pihak.
“Salah satu bagian tersulit konstruksi jalur LRT Jabodebek, pekerjaan jembatan bentang panjang yang melengkung 148 m di atas flyover Kuningan, Jaksel, sudah tersambung.” tulis Jokowi dalam unggahannya di media sosial Instagram.
Tidak hanya keterangan yang berisi perkembangan pembangunan jalur LRT, Jokowi juga mengucapkan terima kasih pada pembangunnya, “Selamat kepada Adhi Karya. Selamat juga untuk sang perancang, Ibu Arvila Delitriana, insinyur lulusan ITB.” sambungnya.
Namanya disebutkan orang nomor satu di Indonesia, lantas siapakah Arvila Delitriana? Dalam artikel ini Djawanews rangkum beberapa fakta seputar insinyur srikandi yang telah merancang jembatan sepanjang 148 meter beradius lengkung 115 meter dan memiliki berat 9.688,8 ton.
Arvila Delitriana Biodata dan Prestasi
1. Insinyur Wanita Lulusan ITB
Bukan orang biasa, begitulah sosok Arvila Delitriana. Lulus dari SMA 3 Bandung, beluai melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tidak hanya melalui media sosial Jokowi secara langsung memuji konstruksi yang dirancang Arvila.
“Begitulah rumitnya pekerjaan jembatan bentang panjang untuk LRT Jabodebek yang melayang di atas flyover Kuningan, Jakarta Selatan ini. Untunglah, sang insinyur, Ibu Arvilla Delitriana, lulusan Institut Teknologi Bandung berhasil merancang jembatan menakjubkan itu dan tersambung dengan presisi sejak kemarin (Rabu, 11/10),” kata Presiden Jokowi dilansir dari Merdeka.
2. Bersaing dengan Tiga Perancang Prancis
Suatu perusahaan konstruksi, sebelum memulai pembangunan akan mengadakan sayembara terkait proyek rancangannaya. Hal tersebut juga dilalui oleh Arvila Delitriana.
Direktur Utama PT Adhi Karya Budi Harto menyatakan jika karya Arvila dapat bersaing dan menyingkirkan tiga rancangan lainnya. Menariknya, tiga rancangan lainnya tersebut berasal dari konsultan Prancis.
Alasan PT Adhi Karya memilih rancangan Arvila adalah rancangannya paling sesuai dengan kondisi di lapangan. Sementara rancangan lainnya adalah model steelbox gifer yang dibuat dengan metode cable stayed, incremental launching, concentrate box gorder balanced contilever (memiliki kolom di tengah). Ketiga rancangan tersebut tidak sesuai dengan kondisi.
3. Berpengalaman
Selain konstruksi yang paling efisien dan pas di lapangan, menurut Dirut Adhi Karya pemilihan rancangan Bu Jem (panggilan Arvila) lantaran dirinya sudah berpengalaman dalam pembangunan jembatan lengkung.
Segudang pengalaman telah dikoleksi Bu Jem, di antaranya pernah merancang Jembatan Pedamaran 1 dan 2 di Riau, Jembatan Perawang di Riau, Jembatan Kereta Api Cirebon-Kriya, Jembatan Kali Kuto, dan Jembatan Layang khusus Busway ruas Adam Malik di Jakarta.
Tentu prestasi Bu Jem atau Arvila Delitriana dapat menjadi contoh bagi para perancang bangunan lokal lainnya, agar tidak inferior dan rendah diri untuk bersaing dengan para perancang bangunan dari luar negeri.