Djawanews.com – Film Dul Muluk Dul Malik menarik perhatian karena menggunakan bahasa Palembang. Film yang sudah tayang sejak 12 September ini dibintangi Anwar Fuady, Merriam Bellina, Roy Marten, Dwi Yan, Bagas Ran, Atik Kanser ini menggunakan bahasa Palembang.
Anwar Fuady merasa bangga karena akhirnya ada film Indonesia yang menggunakan bahasa Palembang. Didampingi Produser Yacob Chandra dan para pemain, pengusaha wanita, Dewi Motik, pengacara kondang, Hendriyoso Diningrat, Kepala Daerah di Provinsi Sumatera Selatan, dan para pejabat daerah nonton bersama di Mal Blok M hari Rabu, 18 September.
Nobar ini diprakarsai oleh Wiwiet Tatung Pengusaha Batubara dan ketua Dharma wanita Palembang yang merupakan calon Isteri Anwar Fuady pemeran Dul Muluk.
"Dari Indonesia merdeka, akhirnya ada film yang menggunakan bahasa Palembang. Saya sangat bangga dengan film ini," ujar Anwar Fuady.
Dul Muluk adalah tokoh jenaka asal Sumsel, sama dengan Kabayan asal bumi Pasundan atau Abunawas di tanah Arab. Suasana menonton jadi cair penuh gelak tawa kala mendengar celetukan humor dari film Dul Muluk dan Dul Malik.
Meski hampir kebanyakan yang hadir berdarah Sumsel, tapi tak sedikit yang baru menyadari dialog maupun humor yang ada di film tersebut bahasa Sumsel. Maklum karena ada 70 bahasa lokal di Sumsel sendiri, tentunya yang hadir belum tentu menguasai 70 dialek lokal Sumatera Selatan.
Secara keseluruhan semua penonton yang hadir puas dan angkat jempol untuk semua pihak yang terlibat dalam produksi Dul Muluk Dul Malik sehingga menjadi tontonan yang menghibur.
Hendriyoso yang kita kenal sebagai sosok yang berwibawa dan serius, menonton Dul Muluk dan Dul Malik banyak senyum dan tawa meyaksikan adegan di film tersebut. Ia sendiri mendukung film Dul Muluk Dul Malik ini, bahkan ingin tak hanya Dul Muluk Dul Malik film berbahasa Sumsel tapi ada film-film yang lain. Ia juga mengapresiasi Yacob Chandra selaku produser yang mau memproduksi film bernuansa daerah.
Senada dengan Hendriyoso, Dewi Motik pun memberikan apresiasi tinggi film Dul Muluk Dul Malik, ia berharap film ini diputar di jaringan bioskop XXI hingga beberapa minggu ke depan.
"Karena film ini bagus dan banyak pesan yang disampaikan. Begitu pula terhadap produser Dul Muluk dan Dul Malik, menginspirasi daerah lain untuk mengangkat cerita rakyat di daerah mereka, sehingga film nasional kaya dengan budaya," ujar Dewi Motik.
Sementara Ketua Dharma Wanita Sumsel, Wiwiet Tatung, mengatakan, dirinya bangga sebagai orang Sumatera Selatan, ada film nasional yang mengangkat budaya Sumsel. "Film ini menghibur, dialognya diselipi humor segar. Dan film ini mendidik anak-anak kita agar tak melakukan perundungan sesama siswa," tambahnya.
Karena itu, kebanggaan terhadap budaya Sumsel, selaku Ketua Dharma Wanita, ia mengajak masyarakat Sumsel untuk menyaksikan film Dul Muluk Dul Malik. "Jangan sendiri aja pasangan, saudara, teman, atau siapapun untuk nonton film pertama berbahasa Sumsel", ujarnya.