Djawanews.com – Persentase perempuan yang terpapar radikalisme dan terorisme terus meningkat, paling banyak akibat pemahaman agama yang keliru. Hal itu diungkap Ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Sulsel, Muammar Muhammad Bakry.
Ia beriksah, pernah didatangi seorang warga Kabupaten Wajo yang istrinya ingin pergi ke Suriah. Kata Bakry, sang istri membujuk suaminya agar mau pindah ke Suriah, karena merasa Indonesia dianggap tidak bagus atau Indonesia bukan negara yang diridai Allah.
"Karena suaminya tidak mau pergi, istrinya yang berprofesi sebagai guru, pergi sendiri. Padahal, dia hanya mengenal orang yang mengajaknya itu lewat sosial media. Nah, saat istrinya dari Turki menuju Suriah, dia tertangkap dan dideportasi kembali ke Indonesia. Sekarang alhamdulillah sudah berkumpul lagi dengan suaminya," kata Bakry dalam acara FKPT yang digelar di Gowa, Rabu 12 Agustus.
Bakry mengingatkan, kaum perempuan sebaiknya lebih berhati-hati dalam bersosial media, jangan sampai terdoktrin oleh hal-hal yang bersifat radikalisme dan terorisme.
Sementara Kepala Bidang Perempuan dan Anak FKPT Sulsel, Farida Pattinggi mengemukakan bahwa perempuan rentan terpapar radikalisme dan terorisme. Farida mengatakan perempuan yang rentan terpapar radikalisme dan terorisme, termasuk kalangan terdidik, seperti dosen dan guru.
"Perempuan sangat rentan terpapar paham radikal dan terorisme. Apalagi komunikasi cepat sekali karena adanya media sosial, sementara penggunanya paling banyak adalah perempuan," kata dia.
Semua itu karena kekurangtahuan mereka terhadap isu tersebut. Mereka gampang tersentuh perasaan, sehingga lebih mudah dipengaruhi.
"Mungkin dalam pemahaman agama masih dangkal sehingga mudah terprovokasi. Karena itu, kami di FKPT membuat kontra radikalisme dengan cara-cara seperti ini, melalui sosialisasi," ujarnya.