Djawanews.com - Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menjelaskan syarat pandemi COVID-19 yang kemungkinan bisa berakhir pada akhir tahun ini, termasuk di Indonesia. Hal itu berkenaan dengan pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memprediksi pandemi bisa saja berakhir tahun ini.
Dicky mengatakan, syarat mutlak untuk menangani krisis pandemi SarS-CoV-2 di Indonesia harus mencapai imunitas lewat vaksinasi yang memadai, terlebih dengan adanya varian baru Omicron atau B.1.1.529.
"Saya sepakat tentang itu, namun harus ada syarat bahwa pertama itu harus mencapai status imunitas yang memadai secara global. Kalau melihat Omicron kita harus butuh 90 persen imunitas," ujar Dicky dilansir CNNIndonesia.com, Kamis, 27 Januari, sore.
Meski begitu, menurutnya angka imunitas 90 persen itu tak harus secara total populasi dunia. Setidaknya setengah dari populasi dunia sudah mencapai 90 persen, dan sisanya tidak kurang dari 50 persen.
Meskipun vaksin menjadi salah satu syarat untuk akhir pandemi COVID-19, Dicky tetap mengingatkan bahwa 3T dan 5M masih harus tetap dilakukan. Hal itu untuk mencegah varian baru yang muncul jika masyarakat masih lalai.
"Karena kalau abai dan segera diselesaikan akan muncul varian baru yang berbahaya. Bisa memundurkan target tadi," tuturnya.
Sebelumnya Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dunia bisa mengakhiri COVID-19 tahun ini. Namun, negara-negara harus tetap siaga melacak kemunculan varian baru virus corona dan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan taat serta konsisten.
WHO sejak dulu terus mengimbau negara-negara mempercepat distribusi vaksin di sejumlah negara miskin. Setidaknya, kata dia, 70 persen populasi suatu negara harus sudah divaksinasi pertengahan tahun ini.
Tedros mengungkapkan, setengah dari 194 negara anggota WHO belum mencapai 40 persen target vaksinasi pada akhir 2021.
Tedros menuturkan 80 juta kasus COVID-19 telah dilaporkan ke WHO sejak varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan sembilan pekan lalu.
Tedros juga mengatakan varian Omicron tidak berbahaya seperti varian sebelumnya, terutama dibanding varian Delta.
"Kita perlu belajar mengelolanya melalui strategi berkelanjutan dan terpadu untuk penyakit pernapasan akut," katanya.
Meski begitu, Tedros mewanti-wanti agar masyarakat dunia tidak mengasumsikan bahwa Omicron menjadi varian terakhir COVID-19.
Baca berita terkait COVID-19. Simak warta terbaru lainnya hanya di Djawanews dan ikuti Instagram Djawanews.