Djawanews.com – Salah satu Ajudan Kadiv Propam Mabes Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo, Brigpol Norpryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tewas dalam insiden baku tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.
Brigpol Norpryansah tewas dengan 4 luka tembakan yang diarahkan oleh anggota polisi yang belakangan diketahui bernama Bharada E pada Jumat (8/7) pukul 17.00 WIB.
Namun dalam insiden baku tembak ini antara Brigpol Norpryansah dan Bharada E, ada banyak kejanggalan yang justru jadi tanda tanya. Berikut ini 5 kejanggalan dari kematian Brigadir J Ajudan Propam Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo yang meninggal dalam insiden baku tembak di rumah dinas Irjen Pol Ferdy Sambo.
5 Kejanggalan Kasus Baku Tembak antara Dua Polisi:
- Keluarga tidak diperbolehkan untuk melihat jasad Brigpol Norpryansah
Saat tiba di rumah duka, keluarga Brigpol Nopryansah awalnya tidak diperbolehkan untuk melihat kondisi korban. Namun, ibu korban bersikukuh untuk melihat kondisi anaknya sebelum dimakamkan. Saat itulah, keluarga melihat tubuh korban penuh luka.
"Ya awalnya gak dibolehin, tapi ibunya bilang mau lihat kondisi anaknya bagaimana," ujarnya.
Brigadir J alias Brigpol Norpryansah Yosua Hutabarat, dikabarkan meninggal dunia usai terlibat aksi baku tembak di daerah Jakarta. Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat tewas akibat 4 luka tembak, dua di antaranya luka tembak di dada. Satu luka tembak di tangan dan satu lagi luka tembak di bagian leher. Korban juga mengalami luka sayatan didug akibat senjata tajam di mata, hidung, mulut dan kakinya.
- Kejanggalan Putry Chandrawati dan Isu Liar Bersama ‘Hilangnya’ Bharada E dan Irjen Ferdy Sambo
- Kasus Baku Tembak antar Polisi Makin Janggal: Bharada kok Pegang Senjata, Padahal Aturannya Nggak Boleh
- Kredibilitas Polri Jadi Bahan Timbangan dalam Kasus Baku Tembak Antar Polisi yang Tewaskan Brigadir Nofryansah Yosua Hutabarat
- CCTV Rusak disambar petir
Menurut Samuel Hutabarat, ayah dari Brigadir Josua, tim dari Mabes Polri menyampaikan, dalam insiden tersebut Brigadir Josua terlebih dahulu mengeluarkan senjata tajam, dan menembak secara membabi buta ke arah ajudan Irjen Ferdy Sambo yang berada di rumah tersebut.
Ia merasa janggal dan bertanya terkait kondisi orang yang terlibat baku tembak dengan Brigadir Josua tersebut.
"Kalau anak saya yang menembak secara membabi buta, terus kondisi yang ditembak gimana, katanya lagi diperiksa di sana. Nah, logikanya kalau jarak 3 meter tidak mungkin tidak kena kalau terjadi baku tembak," kata Samuel, saat diwawancarai tribun di kediamannya di Sungai Bahar pada Senin, 11 Juli.
Tidak hanya itu, Samuel juga meminta pihak kepolisian untuk lebih terbuka, dan memperlihatkan CCTV di lokasi kejadian, jika memang Brigadir Josua terlebih dahulu melakukan penembakan. Menurutnya, rumah perwira tinggi seharusnya memiliki CCTV dan pengawasan ketat.
"Itu kan rumah perwira tinggi, ya tolong diperlihatkan CCTVnya," ujarnya.
Dari info yang didapat CCTV yang berada di pos keamanan rumah Dinas Polri tersebut ada 2 dari 8 yang rusak dan baru diservis karena sempat tersambar petir.
- Kontak keluarga Brigadir J diblokir
Kejanggalan lainnya, di mana, beberapa jam sebelum kejadian Brigadir Josua dan keluarganya masih intens berkomunikasi. Saat itu, orangtua korban bersama dengan adiknya sedang pulang ke kampung halaman di Balige, Sumatera Utara untuk ziarah.
Brigadir Josua atau Brigadir J selalu aktif memberi komentar setiap foto yang dia lihat di post oleh adiknya. Brigadir Josua seyogiyanya ingin ikut pulang ke kampung halaman, namun ia dalam kondisi tugas.
Saat itu, Brigadir Josua sedang mendampingi keluarga perwira tinggi Polri tersebut ke Magelang. Kemudian berkomunikasi dengan sang ibu ia akan kembali ke Jakarta.
"Waktu itu masih aktif chatingan, setiap foto-foto selalu di komentari. Dia bilang enak ya, katanya sama adiknya," jelas Samuel.
Mereka memperkirakan, perjalanan Magelang menunu ke Jakarta sekira 7 jam. Kemudian, mereka menghubungi Brigadir Josua untuk memastikan apakah sudah tiba di Jakarta. Namun, saat itu Brigadir Josua tidak bisa dihubungi, semua kontak di keluarganya telah diblokir.
"Semua di blokir, kakaknya dan yang lainnya di blokir," katanya.
Tidak berselang lama, mereka mendapat kabar Brigadir Josua telah meninggal dunia.
- Tak ada persetujuan autopsi
Mirisnya, informasi tersebut tidak mereka terima langsung dari kepolisian, melainkan dari adik kandung korban yang juga bertugas di Mabes Polri. Tidak hanya itu, ia juga mengaku tidak dimintai persetujuan terkait proses autopsi yang dilakukan terhadap anaknya.
Ia mendapati Brigadir Josua sudah dalam kondisi lebam di sekujur tubuh, dan luka tembak di dada, tangan, leher dan bekas jahitan hasil autopsi. "Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas autopsi yang dilakukan," katanya
- Tujuh Tembakan Brigadir J tak ada yang mengenai juniornya Bharada E
Kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan, ditemukan tujuh proyektif yang keluar dari senjata api milik Brigadir J dan lima dari Bharada E. Anehnya, 7 tembakan yang diletuskan dari senjata Brigadir J, satu peluru pun tidak ada mengenai lawan.
Sementara, Bharada E hanya meletuskan 5 peluru dan 4 mengenai sasaran (tubuh) Birgadir J. “Perlu kami sampaikan bahwa tindakan yang dilakukan Bharada E adalah tindakan untuk melindungi diri karena ancaman dari Brigadir J,” kata Ramadhan.
Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menjelaskan, proyektil yang ditembakan itu mengenai tubuh Brigadir Josua sehingga membuat luka seperti sayatan. Menurut Brigjen Pol Ahmad Ramadhan baku tembak terjadi antara Brigadir Josua dan Bharada E.
Hal itu dipicu tindakan Brigadir Josua yang diduga melecehkan istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Ferdy Sambo. Selain itu, kata Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, Brigadir Josua juga menodongkan senjata pistol ke kepala istri Irjen Ferdy Sambo.
“Itu benar melakukan pelecehan dan menodongkan senjata dengan pistol ke kepala istri Kadiv Propam itu benar,” katanya.
Dalam baku tembak itu, Brigadir Josua melepaskan tujuh kali tembakan kepada Bharada E. Sementara, Bharada E membalas dengan dengan 5 kali tembakan. Brigadir Josua tewas, sementara Bharada E tidak terkena tembakan karena berlindung di tempat yang lebih tinggi.
“Walaupun lima tembakan, ada satu tembakan yang mengenai tangan dan tembus ke badan. Kalau dibilang ada tujuh lubang tapi lima tembakan itu ada satu tembakan yang mengenai dua bagian tubuh termasuk sayatan itu,” Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menjelaskan.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.