Apa saja kejanggalan yang dilihat TKN terkait data kecurangan pilpres Versi Prabowo ? simak berita berikut.
Tim Kampanye Nasional (TKN) calon presiden petahana Joko Widodo atau Jokowi menanggapi bukti-bukti kecurangan pilpres 2019 versi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo –Sandi yang dipaparkan dalam acara Simposium Nasional Kecurangan Pemilu 2019 di Hotel grand Sahid, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Ada empat poin yang dianggap janggal oleh TKN terkait fakta kecurangan pilpres 2019 yang belakangan ini digembor-gemborkan kubu Prabowo.
Poin pertama, Terkait data klaim kemenangan kubu Prabowo yang tidak konsisten serta berubah-ubah. Sebelumnya Prabowo cs mengklaim telah berhasil memenangi pilpres 2019 dengan perolehan suara 62 persen. Namun dalam acara simposium yang digelar selasa lalu, klaim kemenangan berubah menjadi 54,2 persen.
Juru bicara TKN Jokowi-Ma’ruf Arya Sinulingga mengatakan, data yang diklaim oleh kubu prabowo merupakan data yang tidak jelas, lantaran tidak memiliki konsistensi didalamnya
“bagaimana mungkin data bisa berubah-ubah dengan perbedaan angka yang sangat jauh ? Itukan menunjukkan data mereka sudah enggak jelas,” kata Arya di Posko Cemara, Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Arya mengatakan, poin nomor dua yang juga menjadi sorotan kami adalah, di sistem informasi Direktorat Satgas BPN Prabowo-Sandi terdapat data perhitungan suara di sejumlah TPS yang tidak mencapai angka 100 persen, akan tetapi Kubu Prabowo-Sandi mengklaim unggul atas paslon nomor 01 di TPS tersebut.
“Bagaimana caranya mengklaim kemenangan kalau perhitunganya tidak sampai 100 persen,” terang Arya.
Poin ketiga, BPN menyebut telah terjadi penggelembungan daftar pemilih tetap atau DPT di provinsi Jawa Timur sebesar 5,2 juta suara.
BPN membandingkan data DPT pada Pilkada 2018 di Jawa Timur dengan DPT pilpres 2019. Diketahui dalam pilkada Jawa Timur 2018, jumlah suara sah sebanyak 19,5 juta suara, sedangkan pada pilpres 2019 di Jawa Timur, jumlah suara sah mencapai 24,7 juta.
Atas dasar ini lah kubu prabowo menilai telah terjadi penggelembungan Daftar Pemilih Tetap di jawa Timur.
Menurut Arya, kenaikan jumlah pemilih pada pilpres 2019 di jawa Timur dikarenakan jumlah partisipasi masyarakat dalam pemlu serentak mengalami kenaikan hingga 80 persen, sedangkan pada Pilkada Jawa Timur di 2018 lalu, partisipasi masyarakat yang ikut memilih hanya sebesar 69,55 persen.
“Jelas ada kenaikan suara yang sah, kok dibilang penggelembungan ?,” kata Arya
Poin terahkir, pihak BPN menyebut ada permainan di TPS 13 Nanggerang, Sukabumi. Mereka menilai TPS tersebut merupakan TPS tuyul lantaran terdapat sejumlah DPT yang memiliki tanggal lahir sama
Selanjutnya, Arya menunjukkan draf scan C1 asli yang ia peroleh melalui saksi Jokowi-Ma’ruf di TPS tersebut. Dalam form C1 itu terlihat paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandi justru memperoleh suara sebesar 130 suara dan unggul atas Jokowi-Ma’ruf yang hanya berhasil mengantongi 47 suara.
“Yang dikatakan sebagai TPS tuyul justru yang menang malah Prabowo, jadi yang tuyul siapa ini,” terang Arya.
Dari semua hal ganjil tersebut, Arya menantang Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi untuk adu data hasil pilpres 2019 di KPU. “Kami tantang adu data C1 di KPU, kami akan buka C1 kami dan buka data KPU juga,” tegasnya.