Djawanews.com – Manchester City dilarang bermain di Liga Champions dan kompetisi Eropa selama dua musim ke depan. Tak hanya itu, skuat asuhan Josep Guardiola ini juga harus membayar denda sebesar 30 juta euro.
Hukuman berat yang menimpa sang juara bertahan Premier League tersebut membuat The Citizens mengalami goncangan baik di dalam maupun di luar lapangan. Rival sekota Manchester United itu rencananya mengajukan banding terkait keputusan tersebut.
Berdasarkan penyelidikan UEFA, Manchester City terbukti melakukan pelanggaran serius terhadap aturan Financial Fair Play. Investigasi yang dilakukan Adjudicatory Chamber of UEFA’s Club Financial Control Body (CFCB) menemukan adanya asupan pendapatan sponsor berlebih dalam internal kubu Manchester City mulai tahun 2012 hingga 2016.
Bukti yang ditemukan CFCB menyebut Manchester City sengaja menggelembungkan pendapatan sponsor, sehingga mereka bisa menghabiskan banyak uang di bursa transfer. Singkatnya, Manchester City telah memalsukan pendapatan sponsor mereka untuk menyeimbangkan neraca keuangan.
Rui Pinto, aktor yang membongkar kecurangan Manchester City
Kasus ini sejatinya telah bergulir sejak tahun 2018. Namun UEFA baru menetapkan hukuman pada Manchester City di pertengahan Februari 2020.
Semua bermula dari publikasi email Manchester City yang bocor dan diterima kantor berita Jerman, Der Spiegel soal penggelembungan dana sponsor yang dilakukan internal The Citizens.
Aktor utama di balik bocornya email tersebut tak lain adalah Rui Pinto. Seorang hacker asal Portugal yang turut membidani situs investigasi, Football Leaks sejak tahun 2015.
Pinto disebut telah membocorkan 70 dokumen rahasia penting sejumlah klub dan negara, termasuk di antaranya dokumen rahasia mengenai kecurangan Manchester City.
Kini, ia tengah mendekam di sebuah penjara di Portugal. Di media sosial, ramai tagar #freepinto yang menyerukan agar pria 31 tahun tersebut dibebaskan.
Aksi solidaritas itu pun sempat menjadi trending topic di Twitter. Rui Pinto dianggap telah membuka mata dunia soal berbagai transaksi gelap yang mungkin dilakukan banyak klub di berbagai negara.