Sebuah momen terjadi di lingkungan juventus. Klub tersebut mengakhir kerja sama dengan pelatih Massimiliano Allegri. Perayaan scudetto usai duel melawan Atalanta di Allianz Stadium, Sabtu (18/5) dini hari, menjadi momen kebersamaan terakhir Allegri bersama pasukannya.
Selanjutnya, situasi ini menghadirkan pertanyaan strategis, yakni mengenai target si Nyonya tua selanjutnya. Pasalnya, manajemen Bianconeri baru saja melepas sosok yang menghadirkan lima gelar Liga italia, empat Coppa Italia dan dua Piala Super Italia, serta sepasang medali finalis Liga Champions.
“Saya tidak tahu alasan berpisahnya Juventus dengan Allegri. Namun, jika Juve berani mengambil langkah ini, berarti mereka memiliki seseorang yang siap menghadapi tantangan penting. Siapa pun yang dating akan merasakan kesulitan karena tidak mudah menjadi pengganti Allegri,” ungkap mantan direktur umum Juventus, Luciano Moggi dilansir dari Calciomercato, Minggu (19/5).
Prestasi Allegri
Seperti diketahui, Allegri pernah mencapai final pada tahun 2015 dan 2017. Namun, semuanya berakhir dengan kekalahan. Manajemen bahkan memberi modal lebih. Pada 2018 lalu, mereka mendatangkan Cristiano Ronaldo. Lagi-lagi, Allegri belum sanggup memberi trofi si kuping lebar meski diperkuat peraih lima Ballon d’Or tersebut.
Namun, bukan berarti tokoh berusia 51 tahun itu tidak membuat hal besar. Allegri menjadikan Juventus sangat dominan di Seri A, layaknya Bayern Muenchen di Jerman atau Paris Saint-germain di Perancis.
Sebuah peningkatakn level signifikan, mengingat dalam sejara sepak bola, Seria A termasuk salah satu liga kompetitif. Sedangkan Juventus dalam satu dekade terakhir bisa dibilang sebagai Juventus yang terlahir kembali.
Lika-liku perjalanan Juventus
Sebelumnya, Nyonya Tua pernah terkena skandar calciopoli, atau skandal pengaturan skor. Hal itu pun membuat Juventus terpaksa turun kasta dan turun bermain di Serie B pada musim 2006/2007. Dan hanya setahun di kasta itu, salah satu raksasa Itali ini pun kembali ke muasalnya.
Setelah kembali ke Seri A, butuh lima tahun bagi tim tersebut untuk merasakan euphoria scudetto. Tiga musim bersama Antonio Conte, Juve tak tertandingi. Allegri membuat pasukan hitam putih melanjutkan dominasi di dalam negeri serta kompetisi Eropa.
Itulah rentetan kecil dinamika perjalanan Allegri dalam tubuh Juventus era baru. Era kebangkitan setelah skandal paling memalukan dalam sejarah sepak bola Italia.