Djawanews.com – Dengan ditandatanganinya kesepakatan dalam upaya menangani perubahan iklim dalam COP26 oleh sejumlah negara, kota, dan pabrikan mobil itu artinya juga akhir era kendaraan bahan bakar fosil ada di depan mata.
Komitmen yang disepakati di Glasgow pada Rabu (10/11) tersebut secara beratahap akan menghentikan kendaraan berbahan bakar fosil pada tahun 2040. Tujuannya yakni mendesak negara-negara memperkuat komitmen nasional mereka dan merancang serta menjalankan strategi untuk rencana bersih emisi (net zero emission).
Konferensi Tingkat Tinggi tersebut kali ini difokuskan pada sektor transportasi, yang bertanggung jawab atas sekitar seperempat emisi gas rumah kaca global, menurut Panel Pakar Perubahan Iklim Antar Pemerintah (IPCC).
Data menunjukkan sejak 1970 emisi sektor ini meningkat lebih dari dua kali lipat, dengan sekitar 80% peningkatannya disebabkan oleh kendaraan jalan raya. Badan lingkungan PBB (UNEP) menghitung bahwa sektor transportasi dunia hampir seluruhnya bergantung pada bahan bakar fosil.
"Pesan untuk pengambil keputusan adalah kita perlu memastikan bahwa kita mulai normalisasi (iklim) pada tahun 2035, kita harus berhenti menjual mobil bensin dan diesel.Untuk bus, akan lebih awal, 2030, truk berat, dapat memberikan waktu, 2040," kata perwakilan inisiatif global Drive Electric Campaign, Monica Araya.
"Intinya adalah membiasakan diri dengan gagasan (perubahan iklim) sehingga kami dapat beralih ke opsi nol emisi di semua segmen.Ini bukan hanya untuk pasar maju di negara maju, tetapi juga untuk negara berkembang karena kita tahu polusi terburuk ada di sana."
Selain mengenai emisi, komitmen tersebut juga membahas kesetaraan teknologi antara negara maju dan berkembang. Tujuannya mengoptimalkan jalannya proyek menjaga kelestarian bumi ini.
Namun, para aktivis lingkungan menganggap hal ini sebagai retorika pemimpin dunia. Setelah melihat negara besar seperti China, Amerika Serikat (AS), Jerman serta pabrikan mobil seperti Toyota, Volkswagen dan BMW tidak ambil bagian dalam komitmen ini.