Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya mempunya 25 polisi wanita ( polwan) yang pandai mengendarai sepeda motor besar (moge). Cerita polwan naik moge dan mengendalikan BMW Motorrad 1200 GS dan Harley Davidson Police mengundang pengunjung pameran kagum. Pasalnya, tidak mudah bagi seorang wanita mengendarai moge seperti itu, bahkan pria juga belum tentu bisa menguasainya.
Meski sudah memiliki keterampilan dan berlatih bertahun-tahun, namun melakukan aksi freestyle di atas sepeda motor apalagi menggunakan moge, ternyata juga dibutuhkan kedekatan secara personal dengan motor yang digunakan. Seperti yang diungkapkan oleh Perwira Pengendali Polwan Motor Besar Polda Metro Jaya AKP Yunita Natalia Rungkat mengenai cerita polwan naik moge.
Menurut Natalia, melakukan freestyle memang tidak mudah, apalagi ketika dirinya harus berlaga menggunakan Harley-Davidson Police yang dari dimensi dan bobot pastinya jauh lebih berat dibandingkan motor konvensional. “Kurang lebih empat tahun, kalau dihitung dari awal saya bergabung. Tahap pertama itu mengenal motor, mulai melakukan latihan dasar dari dorong-dorong motor hingga berapa putaran, sampai safety riding. Setelah itu baru mulai mengendarai dan berlatih beberapa manuver sampai freestyle,” ucap Natalia.
Natalia mengatakan jika hanya untuk masalah koreografi berkelompok, ia bisa melakukannya paling tidak setelah berlatih antara satu sampai dua bulan. Sedangkan untuk melakukan aksi freestyle individu, dibutuhkan waktu yang lebih lama hingga tahunan karena ada proses latihan secara fisik juga yang harus dilakukan.
Modal yang dibutuhkan menurut Natalia adalah soal kemauan dantidak mudah menyerah. Dibalik cerita polwan naik moge, Polwan diwajibkan bisa dekat dengan motor yang digunakanannya. Kedekatan dengan tunggangannya dianggap menjadi hal yang cukup penting bagi Natalia. Meski sejatinya motor tidak bisa diajak bicara, tapi dengan rajin merawat dan memperlakukan motor dengan baik, menurut Natalia bisa memberikan kedekatan tersendiri.
Selain itu, cerita polwan naik moge ternyata memiliki proses yang cukup sulit. Para polwan harus melewati berbagai proses pembelajaran serta disiplin tinggi, mulai pengenalan moge, teori, hingga praktik di atas motor. Proses pengenalan dengan motor berukuran besar ini juga unik. Setiap polwan wajib punya fisik baik, salah satunya dengan mendorong moge dalam kondisi mesin mati, berkeliling lapangan Gelora Bung Karno (GBK) sebanyak lima putaran. Hanya untuk tes fisik keseimbangan dan tentunya masih banyak tes lainnya.