Djawanews.com – Sebenarnya ban cacing bukanlah tren yang baru, pada tahun 2000-an sudah lebih dahulu mewabah para pecinta modifikasi. Kendati demikian di tahun-tahun ini popularitas ban cacing meningkat kembali.
“Jamet” atau Jawa Metal (bukan bermaksud rasis) kerap mendapatkan stigma pengguna model ban cacing ini. Bagaimana tidak, motor-motor besar sekalipun banyak yang ban standar pabriknya diganti dengan ban super tipis tersebut.
Thailand diketahui lebih dahulu mengawali demam ban cacing, hingg masuk ke Indonesia. Di sana ban cacing digunakan untuk balapan liar lantaran lebih ringan dan memiliki akselerasinya lebih cepat.
Kendati demikian, penggunaan ban cacing selain membuat motor menjadi super kencang juga banyak kekurangannya, bahkan cendering membayakan pengemudi terlebih jika digunakan untuk harian.
Penggunaan ban cacing berpotensi membuat pengendara kecelakaan lantaran motor menjadi mudah tergelincir atau selip. Analoginya, saat menggunakan ban motor berukuran kecil dengan kecepatan tinggi, maka daya dorong dan traksi ban tidak dapat mengimbangi dengan bobot motor dan bobot pengendara.
Selain itu, ban cacing juga payah dalam meredam benturan dan membuat pelek motor bengkok dan oblak.
Selain itu, pengguna ban cacing juga sangat dimusuhi oleh polisi lantaran bukan standar pabrik dan dinilai membayakan di jalan rasa. Aneh-aneh saja ya selera seni modifikasi para Jamet ini.
Selain ban cacing yang masih dipakai para Jamet, masih banyak artikel menarik lainnya, ikuti terus hanya di Warta Harian Otomotif Djawanews.