Djawanews.com – Perang Puputan Margarana merupakan salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda di awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Peristiwa ini terjadi pada 20 November 1946, tepat pada hari ini 74 tahun yang lalu, di Banjar Kelaci, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Pertempuran Puputan Margarana dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I Gusti Ngurai Rai.
Bersama pasukan kecilnya yang dinamakan Ciung Wanara, Ngurah Rai memilih bertempur habis-habisan sampai mati ketimbang menyerah kepada Belanda.
Belanda pada mulanya mengajak Ngurah Rai untuk bekerja sama dalam upaya pendudukan wilayah Bali.
Namun, hal itu ditolak oleh Ngurah Rai. Setelah mendapat penolakan, Belanda mendatangkan pasukan dari Lombok Timur. Tujuannya untuk menyergap pasukan Ngurah Rai di Tabanan.
Ngurah Rai yang mengetahui rencana Belanda, langsung memindahkan pasukannya ke Desa Marga. Akan tetapi, upaya tersebut berhasil diendus oleh pasukan Belanda, hingga akhirnya terjadi pertempuran di Desa Marga pada 20 November 1946.
Dalam pertempuran itu, Ngurah Rai dan pasukannya kalah karena serdadu Belanda jumlahnya lebih banyak. Selain itu, persenjataan Belanda juga lebih modern dan didukung pesawat tempur.
Dalam bahasa Bali, pertempuran habis-habisan sampai mati disebut dengan ‘puputan’.
Kekalahan pasukan I Gusti Ngurah Rai membuat Belanda sukses mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Akan tetapi upaya itu kembali gagal setelah Indonesia menjadi negara kesatuan pada 1950.
Simak perkembangan informasi terkini baik regional, nasional, dan macanegara hanya di Warta Harian Online Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik jangan lupa ikuti Instagram @djawanewscom.