Djawanews.com – Pada 27 Maret 1987 silam, salah satu legenda musik Tanah Air, Koestono Koeswojo mengembuskan napas terakhirnya pada usia 51 tahun. Pria yang lebih dikenal sebagai Tonny Koeswoyo ini meninggal karena penyakit kanker usus. Meski sudah 33 tahun berlalu, namanya tak lenyap ditelan waktu.
Semasa hidup, Tonny telah melahirkan banyak karya berupa lagu-lagu yang hingga saat ini masih sering diperdengarkan, sebut saja “Andaikan Kau Datang” dan “Kisah Sedih di Hari Minggu”. Dua lagu tersebut hanyalah sedikit contoh dari sekian banyak lagu ciptaan Tonny yang sempat booming di Indonesia dan masih bertahan hingga sekarang.
Tonny memulai kisah perjalanan musik ketika masih duduk di bangku SMA. Ketika itu dia membuat band bersama teman-temannya dengan nama Gita Remaja. Setelah itu, dia bersama Sophan Sophian dan Jan Mintaraga membuat band baru, Teenage’s Voice dan Teruna Ria. Meski usia band tersebut tidak lama, Tonny mendapat pengalaman dan akhirnya membuat band baru yang beranggotakan saudara-saudaranya sendiri.
Dari sembilan bersaudara, Tonny Koeswoyo (anak ke-4) memang anak yang paling mencintai musik. Dia jugalah yang mengajari dua adiknya—Koesyono (Yon) dan Koesroyo (Yok)—bermain musik. Mereka berdua dilatih untuk menjadi penyanyi. Konsentrasi Tonny di dunia musik memang tidaklah main-main. Selain memelopori terbentuknya Koes Bersaudara, dia juga menjadi otak dari band legendaris tersebut.
Kesederhanaan Adalah Kunci Bermusik Tonny Koeswoyo
Pada awalnya, nama band yang digunakan adalah Koes Bros. Anggotanya adalah 5 bersaudara Koewoyo, yaitu Koesdjono (Jon), Koestono (Tonny), Koesnomo (Nomo), Koesyono (Yon), dan (Koesroyo) Yok. Dari kelima personel, Jon Koeswoyo adalah nama yang paling cepat hengkang karena sibuk dengan pekerjaannya.
Nama Koes Bros diganti menjadi Koes Bersaudara setelah melakukan rekaman lagu-lagu ciptaan Tonny bersama Sujoso Karsono (Mas Yos), pemilik Irama Record. Dalam rekaman tersebut, Koes Bersaudara dibantu oleh Jan Mintaraga dan Iskandar karena Nomo belum terlalu mahir dalam bermain drum. Selain itu, supervisor mereka ketika rekaman adalah musisi legendaris, Jack Lesmana.
Nama besar Koes Bersaudara tidak didapat hanya dengan membuat rekaman lagu. Ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu bagaimana kualitas lagu tersebut? Ketertarikan Bang Yos dan Jack Lesmana untuk membantu Koes Bersaudara melakukan rekaman bukan tanpa alasan. Mereka berdua menilai lagu-lagu ciptaan Koes Bersaudar memanglah bagus. Terlebih lagi, ketika itu tidak banyak band Indonesia yang memainkan lagu original buatan mereka sendiri.
Ketika dicari tahu lebih dalam, salah satu kunci keindahan lagu tersebut ada pada diri Tonny. Dalam bidang lirik, Tonny menggunakan faktor metre (jumlah kata dalam satu baris) serta memastikan agar tekanan kata tepat pada birama. Secara umum, lirik-lirik lagu Koes Bersaudara menggunakan sajak persamaan bunyi yang membuatnya enak didengar.
Dari sisi nada, Tonny menggunakan resep simple is beautiful ‘sederhana itu indah’ dalam menciptakan musiknya. Inilah yang membuat lagu-lagu Koes Bersaudara begitu cepat akrab di telingga masyarakat Indonesia. Bahkan, demi mempertahankan originalitas musikalitas Koes Bersaudara, Tonny sempat melarang adik-adiknya menciptakan lagu.
Dia juga sempat melarang Nomo (pemain drum) belajar kepada Domingo Roda di Kemayoran. Dengan kedisiplinan tersebut, Koes Bersaudara semakin cemerlang di dunia musik Tanah Air. Mereka sering mengisi berbagai acara, seperti nikahan, sunatan, ulang tahun, dan menjadi musik pengisi waktu pergantian antarfilm di bioskop. Perlahan, nama Koes Bersaudara-nantinya berubah menjadi Koes Plus-semakin besar dan dikenal oleh masyarakat Indonesia.