Terusan Suez dapat memangkas perjalanan laut hingga ribuan kilometer.
Terusan Suez yang sudah berusia lebih dari 100 tahun, menyimpan banyak sejarah, dan fakta-fakta yang menarik untuk dibahas. Untuk itu, Djawanews akan mengulasnya melalui artikel Kudapan Pagi hari ini.
Pada tanggal 17 November 1869, Ferdinand de Lesseps yang merupakan penggagas pembangunan terusan Suez layak berbangga diri. Sebuah terusan yang membuat ringkas dan cepat perjalanan air telah dibangun!
Laut Tengah dan Laut Merah, akhirnya dapat terhubung dengan adanya Terusan Suez yang mulai dibangun sejak 25 September 1859. Proyek ambisius tersebut terbukti efektif memangkas jarak perjalanan kapal-kapal hingga 7.000 km.
Jika sebelumnya, kapal-kapal dari Eropa menuju Asia harus menempuh sebelah barat Afrika lalu ke selatan melewati Tanjung Harapan, kemudian ke arah timur menuju Samudera Hindia, dengan melewati Terusan Suez perjalanan hanya dapat ditempuh sejauh 163 km.
Fakta Sejarah Terusan Suez: Sarat Muatan Politik
Terusan Suez adalah jalur yang strategis, sehingga dijadikan perebuatan dari masa ke masa. Diketahui di awal abad ke 19, ketika masa Perang Dunia I, terusan yang dikuasai Inggris diserang oleh Jerman dan Turki Ottoman.
Pada 26 Juli 1956, diera kepemimpinan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasir Terusan Suez dapat dinasionalisasi. Hal tersebut menimbulkan konflik dengan Prancis yang merasa tidak terima dan menimbulkan serangan gabungan yang melibatkan Israel dan Inggris.
Di tahun 1967, konflik kembali melanda Terusan Suez dan membuat Israel dapat menguasai terusan dan mendirikan garis pertahanan Bar-Lev, sehingga berhasil mengusai Semenanjung Sinai.
Enam tahun setelahnya, dalam Perang Yom Kippur yang terjadi 6—26 Oktober 1973, Terusa Suez menjadi perebutan kembali. Di akhir perang tersebut, kemudian menimbulkan beberapa polemik di antaranya terbubuhnya Anwar Sadat, posisi Palestina yang tidak jelas, dan krisis berkepanjangan yang terjadi di Timur Tengah hingga sekarang.
Di akhir perang Yom Kippur, meskipun Mesir kalah namun dapat dikatakan menang secara diplomatik, hal tersebut membuat seluruh saluran Suez dan Semenanjung Sinai berada di bawah kendali Mesir.
Pada tahun 1975, pada akhirnya Terusan Suez kembali dibuka dan dapat digunakan untuk umum, meskipun perang telah membuat kekacauan dan dampaknya masih terasa hingga saat ini.