Djawanews.com – Pada tanggal 5 Desember, atau 16 hari sebelum pesawat Pan Am penerbangan 103 meledak di atas Lockerbie, Skotlandia, keduataan besar Amerika Serikat di Helsinki, Finlandia, mendapat sebuah telepon peringatan.
Telepon ini memperingatkan soal adanya bom yang akan diletakkan di pesawat Pan Am saat keluar dari bandara Frankfurt, Jerman.
Tak ayal, hal itu memunculkan sebuah kontroversi. Pemerintah Amerika Serikat dinilai tak serius menanggapi peringatan ini.
Akan tetapi, para pejabat kemudian menyampaikan bahwa hubungan antara telepon tersebut dengan ditemukannya bom hanyalah sebuah kebetulan.
Pada 1991, setelah intelijen Inggris dan FBI menggelar penyelidikan bersama, agen intelijen Libya Abdel Basset Ali al-Megrahi dan Lamen Khalifa Fhimah dinyatakan bersalah.
Namun, pemerintah Libya menolak untuk menyerahkan tersangka kepada Amerika Serikat. hal tersebut membuat Libya mendapat sanksi dari PBB.
Untuk meringankansanksi, Khadafi kemudia setuju menyerahkan kedua orang tersebut ke Skotlandia untuk diadili.
Al-Megrahi yang dituduh sebagai dalang pengeboman pesawat Pan Am, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada awal 2001. Sedangkan Fhimah dibebaskan.