Djawanews.com – Surat Kepercayaan Gelanggang yang dikeluarkan oleh seniman Gelanggang pada 22 Oktober 1950 menghasilkan benturan dengan organisasi Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat). ]
Pasalnya, isi surat tersebut menolak hubungan antara kebudayaan dan kekuasaan, sementara Lekra lebih mengedepankan politik sebagai panglima dan seni untuk propaganda politik.
Dari benturan ini, lahirlah Manifes Kebudayaan (Manikebu) yang puncaknya terjadi pada 17 Agustus 1963, ketika para seniman Gelanggang kembali menyatakan sikap, usai Lekra menjadi ‘penguasa’ dalam dunia kebudayaan Indonesia, khususnya dalam kesusastraan.
Kisruh pun muncul antar dua kelompok yang bertentangan, dan Lekra yang saat itu dekat dengan kekuasaan berhasil membungkan sastrawan Manifes.
Hasilnya, Soekarno melarang Manikebu pada 8 Mei 1964, dengan alasan kontra revolusi.
Seiring berjalannya waktu, apa yang dirasakan sastrawan Manies juga dirasakan oleh kelompok Lekra pasca 65 akibat dari naiknya Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia dan berkuasa selama 32 tahun.