Djawanews.com – Surat Kepercayaan Gelanggang merupakan rumusan posisi warisan budaya saat Indonesia menjalani dekolonisasi. Surat tersebut diumumkan oleh beberapa sastrawan Indonesia yang kemudian hari dikenal sebagai Angkatan 45.
Surat ini diterbitkan oleh majalah Siasat pada 22 Oktober 1950, tepat pada hari ini 70 tahun yang lalu.
Bunyi Surat Kepercayaan Gelanggang adalah sebagai berikut:
“Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur-baur dari mana dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.”
“Keindonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam atau pelipis kami yang menjorok kedepan, namun lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikiran kami.”
“Kami tidak akan memberi kata ikatan untuk kebudayaan Indonesia, kami tidak akan melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang disebabkan oleh suara yang dilontarkan kembali dalam bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha yang mempersempit dan menghalangi tidak betulnya ukuran nilai.”
“Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan. Demikian kami berpendapat, bahwa revolusi di tanah air kami sendiri belum selesai.”
“Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli, yang pokok ditemui adalah manusia. Dalam acara kami mencari, membahas, dan menelaahlah kami membawa sifat sendiri.”
“Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling berpengaruh antara masyarakat dan seniman,” demikian bunyi lengkap Surat Kepercayaan Gelanggang yang dikeluarkan sejumlah seniman legendaris Indonesia 70 tahun silam
