Saat melakukan pencarian peristiwa yang terkait dengan tanggal 26 Januari, muncul berbagai artikel yang mengatakan bahwa tanggal tersebut diperingati sebagai hari ulang tahun Garuda Indonesia. Dalam Wikipedia juga disebutkan bahwa tanggal 26 Januari 1949 adalah tanggal di mana Garuda Indonesia mulai beroprasi sebagai Indonesian Airways.
Ternyata, hingga sekarang penentuan tanggal kelahiran Garuda masih menyisakan tanda tanya. Hal ini juga dikatakan oleh sebuah artikel yang diunggah di Tirto dengan judul Sejarah Hari Lahir Garuda Indonesia: Sebenarnya Milik Maskapai Lain.
Pada 26 Januari 1949, pesawat komersial milik maskapai Indonesia memang mengudara untuk pertama kalinya. Hanya saja bukan pesawat milik Garuda Indonesia, melainkan milik Indonesian Airways.
Pesawat Indonesian Airways itu bernama Seulawah dengan nomor RI-001 yang mengambil rute Kalkuta-Rangon. Seulawah sebenarnya memiliki peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Bahkan, Seulawah melibatkan masyarakat Aceh secara langsung dalam pengadaanya.
Dalam buku Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang ditulis oleh Muhammad Ibrahim, dkk (1979) juga sempat menyinggung tentang pesawat Seulawah. Dikatakan bahwa pesawat tersebut merupakan pemberian dari masyarakat Aceh kepada Pemerintah Indonesia untuk menghadapi Belanda.
Masyarakat Aceh membeli pesawat tersebut dengan cara swadaya. Bahkan, mereka menyumbangkan emas murni kepada Pemerintah.

Seulawah, pesawat Indonesian Airways (twitter.com)
Tugas pertama Seulawah adalah mengantarkan Hatta kunjungan kerja ke Sumatera (Yogyakarta- Jambi-Payakumbuh-Kutaraja-Payakumbuh-Yogya). Lalu pada bulan Desember 1948, di bawah keputusan AURI, pesawat tersebut dibawa ke Kalkuta, India, untuk melakukan beberapa penyesuaian.
Setelah selesai, mereka ternyata tak bisa pulang ke Indonesia karena saat itu Belanda berhasil menguasai Indonesia melalui Agresi Militer keduanya. Di Kalkuta, pesawat itu dimanfaatkan dengan tujuan komersil sambil menunggu waktu yang tepat untuk pulang. Dari sini dibentuklah Indonesian Airways yang didanai oleh Duta Besar Indonesia untuk India, Dr. Sudarsono.
Dalam website tni-au.mil.id dikatakan juga bahwa Indonesian Airways berdiri hanya bermodalkan satu pesawat RI-001 Seulawah. Maskapai itu juga memiliki beberapa personel, yakni J.H. Maupin (pilot), Alan Ladmore dan Caesselbery (juru mesin) dibantu oleh tenaga Indonesia, Opsir Udara III Wiweko Supomo, Opsir Udara II Sutardjo Sigit, dan Opsir Udara Sudarjono.
Pada 26 Januari 1949 inilah Seulawah terbang dengan statusnya sebagai pesawat komersil yang disewa Pemerintah Myanmar untuk terbang dari Kalkuta ke Rangon.
Meski sempat berjaya, Indonesian Airways tak berumur panjang. Meski begitu, Seulawah tetap beroprasi untuk keperluan perhubungan militer pascaIndonesia merdeka pada 1950. Hanya saja tak berada di bawah bendera Indonesian Airways.
Sejarah Garuda Indonesia Airways
Indonesian Airways belakangan diketahui berbeda dengan Garuda Indonesia. Keduanya juga memiliki sejarah yang berbeda. Informasi ini diungkapkan oleh Faustinus Djoko Poerwoko, purnawirawan marsekal muda TNI AU, dalam artikel berjudul Garuda Bukan Indonesian Airways yang terbit harian Kompas 26 Januari 2007.
Faustinus menjelaskan, nenek moyang GIA sebenarnya adalah Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM). Maskapai itu bikinan Belanda yang berdiri pada 24 Oktober 1928.

Pesawat Indonesian Airways dan masyarakat Aceh (steemit.com)
Dalam koranbumn.com disebutkan bahwa KNILM dibentuk oleh Belanda dengan modal sebesar 5 juta Gulden yang dihimpun dari 32 perusahaan dan pengusaha besar. Maskapai itu dibangun untuk memperkuat sistem di daerah jajahan Belanda.
Meski KNILM mati akibat invasi Jepang ke Asia Tenggara saat Perang Dunia 2, Belanda kembali membangun maskapai di daerah jajahannya. Pada tahun 1940-an mereka membangun KLM Interinsulair Bedrijf. Maskapai ini memiliki tujuan yang sama dengan KNILM.
“Maskapai inilah yang kelak setelah penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949 beserta seluruh harta kekayaan Belanda lainnya diserahkan kepada RIS (Republik Indonesia Sementara), sedangkan (KLM) IIB menjadi Garuda Indonesian Airways NV,” tulis Faustinus.
Merujuk pada website resminya, Garuda Indonesian Airways sendiri pertama kali beroprasi pada 28 Desember 1949. Seulawah yang tak lagi jadi pesawat Indonesian Airways kemudian dialihkan menjadi pesawat Garuda Indonesia. Dakota RI-001 Seulawah pertama beroperasi—di bawah bendera Garuda—untuk menjemput Sukarno kembali ke Jakarta dari Yogyakarta.
Kejayaan Garuda Indonesia di Masa Kini
Dalam perjalanannya, Garuda Indonesia semakin berkembang menjadi sebuah perusahaan negara (BUMN) dengan profit dan reputasi yang baik. Namun, bukan berarti Garuda Indonesia tak memiliki kekurangan.
Beberapa waktu terakhir masalah di tubuh maskapai itu mencuat, mulai dari pelayanannya yang disebut kurang memuaskan, kisruh laporan keuangan, hingga terbongkarnya penyelundupan barang mewah di lambungnya. Erick Thohir selaku Menteri BUMN periode 2019-2024 saat ini sedang berupaya memperbaiki tubuh PT Garuda Indonesia menjadi lebih baik. Salah satu upayanya adalah dengan mengganti jajaran komisaris dan direksinya. Perombakan ini diharapkan mampu membawa Garuda Indonesia ke dalam kondisi yang baik seperti sedia kala.