Djawanews.com – Partai Nasional Indonesia alias PNI merupakan partai politik tertua di Indonesia.
Partai ini didirikan pada 4 Juli 1927, tepat pada hari ini 97 tahun yang lalu, oleh salah satu proklamator Indonesia Soekarno bersama enam orang lainnya yakni Soenario, Iskaq Tjokrohadisurjo, Sartono, Budyarto Martoatmojo, Samsi Sastrowidagdo, dan Tjipto Mangunkusumo.
Melansir Historia, Soekarno menyebut PNI sebagai “partai’. Akan tetapi menurut keterangan Soenario, PNI pertama kali berdiri dengan nama “Perserikatan Nasional Indonesia”.
PNI baru dirubah menjadi partai pada kongres pertamanya, setahun kemudian, yakni pada tahun 1928.
Masih dari Historia, pasca PNI terbentuk, Soekarno dipilih sebagai ketua. Sedangkan Iskaq Tjokrohadisurjo didapuk sebagai sekretaris, dan yang lainnya menjadi anggota.
Terpilihnya Soekarno sebagai ketua bukan tanpa alasan. Dia dianggap sebagai figur paling populer dan paling maju untuk memimpin partai atau sebagai petinggi.
Sejak berdiri, PNI menggelar kongres dua kali. Yang pertama di selenggarakan si Surabaya pada 28-30 Mei 1928, dan kongres kedua di Jakarta pada 18-20 Mei 1929.
Pada 1928, PNI sudah memiliki 5 cabang, antara lain di Bandung, Batavia—sekarang Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Surakarta.
Hal tersebut menunjukkan bahwa organisasi ini dijalankan dengan sangat hati-hati, mengingat Indonesia masih berada dalam kekuasaan penguasa kolonial.
Pemerintah kolonial bisa saja memperhatikan pergerakan PNI dengan seksama. Akan tetapi, dalam setahun berdirinya PNI, belum ada tindakan represif dari pemerintah kolonial.
Belanda baru bereaksi keras pada akhir 1928. Kala itu, Soekarno dan juru pidato PNI lainnya kian gencar mengkampanyekan kemerdekaan.
Tak hanya itu, PNI juga berhasil mengajak organisasi politik-politik lain untuk masuk dalam wadah Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Seiring berjalannya waktu, otoritas Hindia Belanda dibuat berang oleh orang-orang PNI, pasalnya mereka sering menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dalam rapat-rapat umum.
Oleh karenanya, tak heran jika pemerintah kolonial menganggapnya sebagai tantangan.
Ketegangan yang terjadi sejak berdirinya PNI membuat para petinggi PNI ditangkap oleh otoritas Hindia Belanda.
Pada 29 Desember 1929, Soekarno beserta rekan-rekan PNI lainnya ditangkap di Yogyakarta setelah menghadiri rapat umum yang diadakan oleh PPKI.
Penangkapan para petinggi PNI, termasuk ketuanya, telah membuat PNI lumpuh dan membuat kegiatan politk PNI berhenti total.
Soekarno dan rekan-rekannya harus membayar mahal sikap radikal mereka itu. Hal ini pula yang menjadi penyebab Soekarno dijebloskan ke dalam penjara kolonial.