Sejarah telah mencatat pembalap Indonesia dalam ajang balap mobil tertinggi dunia, Formula 1 (F1) pada 2016 silam. Meski tidak diakhiri dengan kemenangan, Indonesia patut berbangga dengan prestasi salah satu putranya, Rio Haryanto.
Rio Haryanto lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 22 Januari 1993. Ia merupakan anak dari pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati. Ketertarikan Rio terhadap dunia balap ternyata berasal dari sang ayah yang juga seorang pembalap veteran nasional.
Pencapaian Rio Haryanto
Dimulai pada 1999, Rio yang dibekali kedisiplinan oleh ayahnya mulai tertarik dengan Go-kart. Saat usia 6 tahun, ia bahkan telah berlaga di ajang Gokart Nasional dan Internasional.
Tiga tahun setelahnya, anak bungsu dari empat bersaudara itu berhasil tampil sebagai Juara Nasional Go-kart kelas Kadet (2002). Di tahun-tahun berikutnya ia juga menyabet penghargaan lain seperti Atlet Go-kart Terbaik Junior dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) dalam dua tahun berturut-turut, 2005 dan 2006.
Karier profesional Rio sebagai pembalap mobil sendiri dimulai pada tahun 2008. Di tahun itu ia mengikuti berbagai ajang balap mobil, baik nasional maupun internasional.
Kedisiplinannya di dunia balap ternyata mampu mengatarkan Rio sebagai juara pertama dalam ajang Asian Karting Open Championship seri 1 di sirkuit Guia, Makau, Cina. Setelahnya, ia juga berhasil menjadi juara umum di ajang Formula BMW dengan total 6 seri, 15 round. Ia meraih 14 podium di ajang tersebut.
Seperti yang dilansir dari rioharyanto.com, ia memang memiliki niatan untuk berkiprah di arena F1 sejak lama. Dengan dukungan beberapa sponsor, Rio putuskan untuk meninggalkan Asia dan beralih ke ajang GP3 Europe Series 2010 di Eropa. Ia menjadi pembalap Indonesia pertama yang berlaga di Eropa.
Bersama Manor Racing, Rio mampu menunjukkan kualitasnya. Ia mampu meraih podium pertama saat berlaga di Turki dan di Silverstone. Sedangkan saat di Italy, ia meraih Runner Up kedua. Rio juga menjadi The Best Driver Manor Racing.
Setapak demi setapak Rio semakin dekat dengan cita-citanya. Berkat prestasinya di GP3 Series, ia naik tingkat ke GP2 Series pada 2011. Di ajang tersebut prestasi Rio juga tak mengecewakan. Pada tahun 2015 ia berhasil menduduki posisi ke-4 dan berhasil mengoleksi 138 poin dari 22 kali balapan bersama Campos Racing. Ajang ini jadi batu lompatan bagi Rio untuk menjadi pembalap di Formula 1.
Manor Racing resmi mengumumkan Rio Haryanto sebagai pembalapnya di arena F1 pada bulan Februari 2016 untuk mendampingi Pascal Wehrlein, pembalap dari Jerman. Cita-citanya untuk berlaga di F1 tercapai. Namun bukan berarti kariernya tetap berjalan mulus.
Untuk mengikuti kejuaraan bergengsi, Rio membutuhkan dana sebesar 15 juta Euro atau senilai Rp 226 Miliar. Tidak hanya masalah pendanaan, ia juga belum berhasil menunjukkan performa terbaiknya.
Di musim pertama F1, Rio dan tim hanya sanggup berlaga hingga seri ke 12. Poin yang gagal ia dapatkan juga membuatnya terpuruk di posisi ke-24 klasemen. Meski beberapa masalah didapat, di F1 Rio sempat berhasil menempati urutan ke-15 saat bertanding di Monaco pada tahun 2016.
Meski sempat dikabarkan pensiun dari dunia balap setelah kegagalannya di ajang F1, kecintaan Rio atas dunia balap ternyata membuatnya tetap berada di sirkuit. Terbukti dari hasil torehannya yang cukup gemilang di balapan Asian LeMans Series 2019/2020. Ajang tersebut diadakan di The Bend Motorsport Park, Australia. Bersama tim T2 Motorsport ia berhasil keluar dari persaingan ketat dan berhasil finish di urutan keempat.