Djawanews.com – Sejak 1 Januari 2017, posisi Sekjen PBB ditempati oleh Antonio Guterres, mantan Perdana Menteri Portugal. Dia adalah Sekjen PBB ke-9, pengganti Ban Ki-moon yang telah 2 periode menjabat sebagai Sekjen PBB.
Ban Ki-moon menjadi Sekjen PBB sejak 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2016. Sebelumnya, dia adalah Menteri Luar Negeri Korea Selatan. Sepuluh tahun lamanya Ban Ki-moon menjadi Sekjen PBB. Dia telah mengunjungi 154 negara di penjuru dunia. Lalu, bagaimana pencapaiannya bersama PBB?
Rapor Ban Ki-moon Tak Memuaskan

Ban Ki-moon (teimun.org)
PBB ketika dipegang oleh Ban Ki-moon ada pada kondisi yang tidak memuaskan. Selama sepuluh tahun, PBB menghadapi berbagai krisis dan tantangan. Salah satu sebab kenapa pencapaian Ban Ki-moon tak baik adalah tumbangnya PBB di bawah intervensi negara.
Kredibilitas PBB ketika dikomandoi Ban Ki-moon, khususnya di mata negara-negara berkembang, terbilang rendah. Dikutip dari parstoday, hal tersebut disebabkan oleh sikap PBB yang memiliki kecenderungan terhadap Amerika Serikat, terutama soal Timur Tengah. Padahal jika mengacu Piagam PBB, Sekjen PBB dan para pejabat lain harus independen dalam menjalankan tugas. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh tekanan dari pihak lain.

Ban Ki-moon dan Antonio Guterres (cdn.medcom.id)
Dalam Bab XV pasal 15, disebutkan, “Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal dan staf tidak akan meminta atau menerima instruksi dari pemerintah atau dari pejabat lain di luar Organisasi. Mereka harus menahan diri dari setiap tindakan yang mungkin mencerminkan posisi mereka sebagai pejabat internasional yang bertanggung jawab hanya untuk Organisasi.”
Kinerja Ban Ki-moon dalam penyelesaikan persoalan internasional tidak memuaskan. Berbagai krisis, seperti di Ukraina, Suriah, Yaman, dan Sudan Selatan tak terselesaikan dengan baik ketika Ban Ki-moon menjabat sebagai Sekjen PBB. Dalam sebuah acara perkenalan Sekjen PBB baru, Ban Ki-moon juga mengakui bahwa sejumlah program PBB gagal. Bahkan, menurut Ban Ki-moon, tak ada kegagalan yang lebih buruk dari krisis di Suriah.