Djawanews.com – Tanggal 19 Juli 1943, tepat pada hari ini 77 tahun yang lalu, adalah hari yang kelam bagi Kota Roma, Ibu Kota Italia.
Pasalnya, pada hari tersebut, untuk pertama kalinya Amerika Serikat dan sekutu mengebom Roma.
Presiden AS saat itu Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churcil, selaku pembuat keputusan pengeboman Kota Roma mendapat tentangan keras. Namun, mereka seperti tidak punya strategi lain.
Pengeboman Kota Roma terjadi pada Perang Dunia II. Kala itu, Italia hidup dalam Paham fasisme yang dipimpin oleh Benito Mussolini.
Akan tetapi, di balik Musolini, ada Adolf Hitler yang menggerakkannya. Aktor di balik PD II inilah yang sebenarnya menjadi incaran sekutu.
Untuk memutus pengaruh Nazi di Italia, AS dan sekutu memutuskan mengebom Roma. Pemerintah Inggris menilai, pengeboman Kota Roma tidak melanggar kemanusiaan.
Pada 16 Juli 1943, Roosevelt dan Churcil meminta warga Italia berpaling dari Mussolini dan Hitler. Mereka meminta agar warga hidup untuk Italia dan peradaban saja.
Hanya saja, imbauan tersebut tidak diindahkan oleh warga Italia. Terlebih lagi Mussolini meyakini bahwa AS dan sekutu tidak akan berani mengebom Kota Roma.
Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, AS dan sekutu menyerang Kota Suci Roma secara tiba-tiba.
Setidaknya, sekitar 500 serdadu pengebom AS dikerahkan. Mereka menjatuhkan 1.168 ton bom.
Akibatnya, seluruh kawasan pekerja Italia di distrik San Lorenzo, Roma luluh lantak, dan 3000 lebih nyawa melayang dalam kejadian tersebut.
Mussolini semakin dibuat kalang kabut ketika sekutu meledakkan Termini Stazione—jalur kereta api terpadat yang dekat dengan industri dan pabrik baja, tekstil, serta kaca.
Tak hanya itu, pada malam harinya, sekutu juga mengebom bandara Ciampino, di tenggara Roma.
Pengeboman Kota Roma oleh sekutu yang terjadi pada 19 Juli 1943 merupakan salah satu peristiwa besar yang layak dikenang oleh dunia.