Djawanews.com - Film bisu (bahasa Inggris: silent film, silent movie) adalah film yang diproduksi tanpa dialog dan rekaman suara, berasal dari periode sebelum diperkenalkannya film bersuara. Meskipun film bisu menyampaikan narasi dan emosi secara visual, berbagai elemen plot (seperti latar atau era) atau kunci utama dialog dapat disampaikan dengan menggunakan kartu judul. Kadang-kadang seseorang bahkan bertugas menceritakan kartu intertitle (kartu judul) untuk penonton.
Istilah film bisu juga sering dipergunakan untuk menggambarkan film-film era suara yang hanya memiliki rekaman suara musik serta dialog disampaikan melalui gerak isyarat, pantomim, kartu intertitle (kartu judul), seperti City Lights dan The Artist. Istilah "film bisu" dapat menjadi pengertian yang keliru, sebab film bisu kebanyakan disertai dengan suara. Istilah 'film bisu' merupakan retronim— Istilah yang digunakan untuk membedakan sesuatu yang sudah ada demi membedakan versi awal dengan versi baru— dalam dunia perfilman.
Selama era 'film bisu' yang berlangsung dari pertengahan 1890-an hingga akhir 1920-an, pianis, organis teater—atau bahkan, di kota-kota besar, orkes kecil—sering memainkan musik untuk mengiringi film tersebut. Para pianis dan organis teater mengiringi film dengan musik bedasarkan kertas musik atau improvisasi. Meskipun pada saat itu teknologi untuk menyinkronkan suara dengan film belum ada, musik dipandang sebagai bagian penting dari pengalaman menonton.