Djawanews.com – Perang Belasting merupakan perang bersenjata antara orang Minang (sebutan untuk masyarakat Sumatera Barat) dengan pemerintah Hindia-Belanda akibat penerapan pajak (bahasa Belanda: belasting) langsung kepada masyarakat.
Perang Belasting pecah pada 16 Juni 1908. Perlawanan penduduk sipil atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan reaksi keras dengan cara mengirimkan pasukan Marechausse (Masoses) yang terkenal ganas.
Peristiwa tersebut menimbulkan banyak korban jiwa, baik dari kalangan penduduk sipil ataupun serdadu Hindia-Belanda (KNIL).
Awal Mula Rusuh Perkara Belasting
Perang Belasting Diawali oleh gerakan protes petani terhadap pemerintah Hindia-Belanda atas pajak tanah, termasuk pahak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka.
Berdasarkan pemberitaan harian Pembrita Betawi (23/3/1908), seorang pejabat kontrolir bernama Van der Brandof kesulitan menarik belasting dari orang-orang Pribumi yang bermukim di Lubuk, Sumatera Barat.
Van der Brandof yang mencium bahaya itu kemudian meminta bantuan militer dari pangkalan militer Fort De Cock (Bukittingg).
Kendati pasukannya kurang memadai dari Padang, Kapten Van Royen tetap berangkat. Sekompi pasukan dari Batalyon ke-17 di bawah pimpinan Kapten C.J.Boon dan Letnan C. Laukamp juga dikirim ke tempat kejadian dari padang.
Perang Belasting ini diawali di Kamang, kemudian menyebar di kawasan seperti Manggopoh, Lintau Buo dan daerah-daerah lain.
Di Tanah Datar seperti diwartakan Pembrita Betawi (22-23/04/1908), menjelang tengah malam, penduduk sipil dengan berani melempari Asisten Residen dan Pasukan Marsose dengan Batu.
Akibatnya, dua serdadu Marsose terluka dan 18 orang dari kalangan sipil tewas.
Bulan-bulan berikutnya, perlawanan masyarakat semakin sengit. Puncaknya pada 15-16 Juni 1908, pecah perang bersenjata antara masyarakat sipil dengan tentara KNIL (termasuk Marsose).
Perang ini dipelopori oleh Syekh H.Abdul Manan, yang tewas dalam peperangan tersebut. Sedangkan anaknya, H. Ahmad Marzuki ditawan oleh tentara Belanda.
Akibat dari Perang Belasting, hampir 100 orang mati tertembak. Sementara korban dari tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan kurang lebih 20 orang mengalami luka-luka.