Djawanews.com - Pengeboman yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap bangunan peninggalan zaman Dinasti Syailendra ini merupakan peristiwa terorisme kedua yang menimpa Indonesia setelah pembajakan perawat Garuda DC 9 Woyla oleh anggota Komando Jihad pada 1981.
Sebenarnya peristiwa penyerangan terhadap Borobudur sudah tercium jauh-jauh hari sebelum peristiwa pengeboman yang terjadi pada 21 Januari 1985. Daoed Joesoef yang menjadi tokoh di balik pemugaran Borobudur pada 10 Agustus 1973 hingga diresmikan 23 Februari 1983 mengaku kerap menerima surat kaleng dan selebaran gelap, yang mana surat tersebut beiris makian, hujatan hingga kutukan.
Pasca terjadi peristiwa pengeboman, spekulasi terharap pelaku bermunculan. Pemerintah menaruh curiga pada kelompok Islam radikal. Ketegangan antara pemerintah dan kelompok Islam memang meningkat sejak peristiwa Tanjung Priok pada September 1984 dan penolakan asas tunggal Pancasila.