Sejarah panjang mengiringi berdirinya Kota Pontianak. Berbagai mitos dan peristiwa juga jadi unsur pembangun Kota Pontianak. Mitos ini berkembang di kalangan masyarakat, baik masyarakat Kota Pontianak maupun di luar wilayah kota tersebut. Mitos yang dimaksud adalah mengenai asal usul nama Pontianak.
Ada anggapan nama Pontianak berasal dari Kuntilanak, nama hantu yang berwujud wanita berdaster putih berambut panjang. Ada pula yang menganggap nama Pontianak diambil dari pohon-pohon punti yang banyak tumbuh di Pontianak. Pohon Punti sendiri bisa diartikan sebagai pohon-pohon tinggi.
Sejarah Kota Pontianak
Di luar benar atau tidaknya asal-usul nama Pontianak, nama Syarif Abdurrahman Alkadrie tak bisa lepas dari peristiwa kelahiran Kota Pontianak. Syarif Abdurrahman Alkadrie mendirikan Kota Pontianak pada tanggal 23 Oktober 1771 atau 14 Rajab 1185 H.
Syarif Abdurrahman Alkadrie membuka wilayah kekuasaannya di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar. Ia membuka lahan yang saat itu masih berupa hutan. Setelah lahan dibuka, balai dan rumah tinggal kemudian dibangun.
Seiring berjalannya waktu, wilayah tersebut mulai dihuni. Lalu pada pada tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman Alkadrie dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak Pertama. Di tahun yang sama, Syarif Abdurrahman mendirikan Masjid Jami’ (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman). Ia juga mendirikan Istana Kadariah yang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Kedua bangunan tersebut menjadi bukti wilayah kekuasaannya.
Sejarah Kota Pontianak dari Sudut Pandang Belanda
Sejarah Kota Pontianak juga pernah diuraikan oleh sejarawan Belanda, V.J. Verth. Dalam bukunya yang berjudul Borneos Wester Afdeling, V.J. Verth mengatakan bahwa Syarif Abdurrahman bukan orang sembarangan. Informasi ini diketahui karena Belanda masuk ke Pontianak pada tahun 1773 Masehi (1194 H).
V.J. Verth mengatakan, Syarif Abdurrahman adalah putra dari Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie. Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie sendiri adalah seorang ulama yang juga dikenal dengan nama Al Habib Husin. Meski Syarif Abdurrahman adalah putra ulama, ia lebih memilih untuk meninggalkan kerajaan dan mengembara.
Saat berada di Banjarmasin, Syarif Abdurrahman menikah dengan adik sultan Banjar, Sunan Nata Alam. Atas pernikahan tersebut, Syarif Abdurrahman kemudian dilantik menjadi Pangeran. Selain menjadi Pangeran, Syarif Abdurrahman juga berhasil dalam perdagangannya.
Melalui bisnisnya, Syarif Abdurrahman mampu mengumpulkan modal yang cukup untuk membangun armada perang yang terdiri dari prajurit dan kapal bersenjata. Dengan pasukan itu pula Syarif Abdurrahman berhasil membajak kapal Belanda, Inggris, dan Perancis yang ada di Pelabuhan Pasir.
Harta rampasan dari penjajah kemudian digunakan untuk membangun wilayah kekuasaannya sendiri. Ia kemudian membuka hutan di percabangan Sungai Kapuas, dan kini wilayah ini dinamakan dengan nama Kota Pontianak. Untuk menyambut hari ulang tahun Pontianak yang ke-248, Pemkot Pontianak mengadakan berbagai kegiatan yang menarik. Mulai dari festival, pameran, lomba, pentas seni dan budaya, upacara, hingga ziarah. Perayaan ulang tahun Kota Pontianak terbuka untuk masyarakat umum. Kemeriahan dimulai pada tanggal 17 hingga 23 Oktober 2019.