Djawanews.com – Pol Pot, pemimpin Khmer Merah, ingin menjadikan Kamboja sebagai negeri yang bebas dari hal Barat—atau bahkan asing. Selain itu, ia ingin mendirikan ulang Kamboja sebagai negara komunis yang fokus pada pertanian.
Penduduk kota dibawa ke pedesaan untuk menggarap lahan, sebagian orang teknik tetap di kota untuk menjalankan pabrik. Hak kepemilikan pribadi dihapuskan. Banyak cendekiawan dan orang-orang yang mampu berbahasa asing dilenyapkan.
Perjalanan dari kota menuju desa dalam jumlah yang besar telah membuat banyak orang mati, terutama anak-anak, orang tua, dan orang sakit. Bagi yang selamat saat di perjalanan, kematian menghantui saat mereka bekerja di bawah tekanan dan paksaan. Jam kerja tak manusiawi, jatah makan tak mencukupi, belum lagi ancaman penyakit seperti malaria. Banyak orang yang mati karena kelaparan, kelelahan, atau terkena penyakit.
Bagi yang bertahan, masih ada aturan ketat yang harus dipatuhi. Sedikit saja membuat pelanggaran, nyawa adalah denda yang harus mereka bayarkan. Khmer Merah pandang bulu terhadap orang yang dianggap sebagai musuh. Ganjarannya apa? Siksaan dan kematian.