Munir Said Thalib terkenal sebagai sosok pejuang Hak Asasi Manusia (HAM). Dia tewas di racun pada 7 September 2004, tepat pada hari ini 16 tahun lalu.
Munir menghembuskan napas terakhirnya di pesawat GA-974 pada ketinggian empat puluh ribu kaki di atas tanah Rumania.
Djawanews.com – Nama Munir Said Thalib saat ini masih dikenal sebagai sosok pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) setelah menghembuskan napas terakhinya pada 7 September 2004.
Sebagai aktivis HAM, munir banyak terlibat menangani berbagai kasus, khusunya kemanusian dan pelanggaran hak asasi manusia.
Akan tetapi, kematiannya masih menjadi teka-teki sampai sekarang. Dia tewas diracun saat berada di pesawat terbang, bertolak ke Amsterdam, Belanda untuk melanjutkan studi.
Mengenal Munir Said Thalib, Aktivis HAM yang Tewas Diracun di Udara
Munir Said Thalib dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965. Pendidikan S1-nya ditempuh di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Sejak menjadi mahasiwa, Munir sudah terkenal sebagai seorang aktivis. Pada 1998, dia diapuk sebagai Ketua Senat Mahasiwa FH Unibraw, Koordinator wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia.
Tak hanya itu, Munir juga pernah tercatat sebagai anggota Forum Studi Mahasiwa untuk Pengembangan Berpikir, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Unibraw, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Pengalamannya sebagai aktivis saat dibangku kuliah memunculkan keseriusan Munir terhadap masalah hukum dan pembelaan terhadap sejumlah kasus.
Dia diketahui pernah menjadi seorang Dewan Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).
Kontras sendiri adalah sebuah kelompok yang didirikan oleh sejumlah LSM, seperti LPHAM, Elsam, CPSM, PIPHAM, AJI, dan sebuah organisasi mahasiwa PMII.
Saat menjadi Dewan Kontras, Munir pernah menangani berbagai kasus, seperti menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban hilang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiwa di Jakarta pada 1997-1998.
Dia juga tercatat sebagai penasihat hukum keluarga korban tragedy Tanjung Priok 1984.
Kasus besar lain yang pernah ditangani Munir yakni pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994.
Oleh sebab itu, tak heran jika nama Munir melambung sebagai seorang pejuang membela hak bagi orang-orang hilang yang diculik.
Dia membela aktivis yang hilang karena penculikan yang diduga dilakukan oleh Tim Mawar dari Kopassus TNI AD.
Sikap beraninya dalam menentang ketidakadilan membuat Munir tidak disukai oleh pemerintah. Dia dianggap sebagao sosok yang berbahaya dan kerap mendapat ancaman dari beberapa orang.
Pada 6 September 2004 malam pukul 21.55 WIB, pesawat GA-974 yang ditumpangi Munir lepas landas dari Jakarta.
Munir berencana pergi ke Belanda untuk belajar ilmu hukum. Pesawat sempat transit di Bandara Changi, Singapiura, kemudian melanjutkan perjalanan ke Negeri Kincir Angin.
Saat perjalanan menuju Amsterdam, tiba-tiba Munir mengeluhkan sakit perut, setelah sebelumnya minum jus jeruk.
Munir sempat mendapatkan pertolongan seorang dokter yang berada dalam pesawat. Dia kemudian dipindahkan ke sebelah bangku dokter dan mendapat perawatan.
Akan tetapi, nyawa Munir tidak tertolong. Dia meninggal pada 7 September 2004, tepat pada hari ini 16 tahun yang lalu. Dia meninggal pada ketinggian empat puluh ribu kaki di atas tanah Rumania.
Hasil otopsi menyebutkan ada racun arsenik di dalam tubuhnya. Munir tewas dibunuh di udara.
Meski sudah 16 tahun berlalu, kenangan terhadap Munir Said Thalib sebagai pejuang HAM tak akan pernah hilang.