Djawanews.com – Tanggal 18 Maret selalu diperingari sebagai Hari Arsitektur Indonesia. Peringatan ini memang tidak begitu populer di kalangan masyarakat sebab hari itu memang tidak dijadikan sebagai hari libur oleh pemerintah.
Di masa lalu, banyak arsitek yang memiliki peran besar bagi Indonesia, salah satunya adalah Yusul Bilyarta Mangunwijaya atau akrab disapa Romo Mangun.
Selama hidup, Romo Mangun yang juga dikenal sebagai rohaniawan, penulis, dan aktivis ini kerap membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan oleh politik.
Y.B Mangun Wijaya, Arsitek Pembela Kaum Marginal
Dalam dunia arsitek, Romo Mangun dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia.
Rohaniawan yang lahir di Ambarawa pada 6 Mei 1929 ini berhasil menyulap pemukiman kumuh di pinggiran Kali Code, Terban, Yogyakarta menjadi kawasan yang layak huni.
Dulunya, kawasan ini tidak diakui pemerintah Yogyakarta sebagai pemukiman. Sampai akhirnya, Romo Mangun masuk ke Code dan menginisiasi pembungan ruman di bantaran yang layak huni, melansir dari Tirto.
Rancangan pemukiman Romo Mangun di bintaran Kali Code banyak ditiru untuk contoh pembangunan kampung di pinggir kali.
Oleh sebab itu, karyanya di Code, membuatnya meraih penghargaan Aga Khan, sebuah penghargaan tertinggi untuk konsep arsitektur yang ramah lingkungan serta dapat menampung aspirasi masyarakat.
Tak hanya itu, ia juga pernah menerima penghargaan The Ruth and Ralph Erskine Fellowship pada 1995 sebagai bukti dedikasinya terhadap kaum marginal.
Romo Mangun tak hanya menata kampung kumuh menjadi pemukiman yang layak huni di pinggir Kali Code, ia juga ikut membela warga yang menjadi korban penggusuran waduk Kedung Ombo pada 1986.
Karena jasanya itu, ia sampai-sampai pernah mendapatkan cap komunis dari pemerintah orde baru.
Di tahun1994, atau lima tahun sebelum Romo Mangun wafat pada 10 Februari 1999, ia menyempatkan diri untuk memberikan perhatian pada dunia pendidikan anak.
Ia membangun SD kanisius Mangunan di Kalasan, Yogyakarta. Sekolah ini sangat unik jika dibandingan dengan sekolah pada umumnya, karena bangunannya menyatu dengan permukiman warga. Seolah-olah ingin mengatakan bahwa pendidikan harus memiliki dampak terhadap masyarakat di sekitarnya.
Romo Mangun adalah teladan sempurna dalam mendobrak batas. Keseluruhan proses mulai dari ide/gagasan, kemudian menjadi rancangan dan diwujudkan menjadi karya nyata semata-mata ditujukan untuk memenuhi aspirasi masyarakat, khususnya bagi mereka yang terpinggirkan dan tertindas.
Selamat Hari Arsitek Indonesia!