Djawanews.com – Nama Ludwig Van Beethoven begitu abadi dikenal sebagai salah satu komposer musik terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia.
Dua ratus lima puluh tahun setelah kematiannya, karya-karya Beethoven masih dimainkan grup-grup orkes kelas wahid hingga seorang amatiran yang ingin belajar musik. Karya-karya Beethoven merupakan langganan tetap gedung konser megah hingga ruang-ruang kelas di setiap sekolah yang menjadikannya pelajaran wajib.
Namanya terlalu identik dengan musik. Bak Albert Einstein dan sains, atau Lionel Messi dan sepakbola, Beethoven adalah musik itu sendiri.
Meski begitu, kehebatan karya Beethoven taklah seindah kisah cintanya. Mungkin sebab cinta dan penderitaan yang teramat pula, karya-karya Beethoven melekat di ingatan setiap jiwa.
Beethoven, komponis besar yang selalu dikecewakan cinta
Ya, bukan Beethoven namanya jika tak memahami manis getirnya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Silih berganti cinta menyambangi kehidupannya, tapi selalu berujung pahit pada kekecewaan. Bahkan ketika namanya begitu dielu-elukan di seluruh dunia, tak seorang wanita pun yang mau jatuh ke pelukan Sang Maestro.
Sepanjang 56 tahun hidupnya, bukan barang sekali Beethoven dikecewakan cinta. Dua yang tercatat, tersemat di dalam karya-karyanya yang abadi.
Salah satu komposisi Beethoven paling populer, Moonlight Sonata konon diperuntukkan bagi Countess Giulietta Guicciard, salah satu murid Beethoven yang akhirnya menikah dengan Count Gallenberg, teman Beethoven sendiri.
Ada pun Fur Elise, gubahan Beethoven yang tak kalah populer, diperuntukkan bagi Therese Malfatti von Rohrenbach zu Dezza, anak dari dokter pribadi Beethoven. Sungguh malang nasib Sang Maestro, belum sempat ia menyatakan cintanya, Therese sang pujaan hati menikahi pria lain.
Selain kedua wanita itu, beberapa nama seperti Josephine von Brunsvik, sepupu Beethoven yang telah menjanda hingga Anna Marie Erdody juga pernah mengisi relung hati Sang Komposer. Namun sayang, keempatnya memiliki alasan yang kurang lebih sama, memilih pria lain yang lebih mapan, sebab tak sanggup mengikuti ritme hidup Beethoven yang miskin dan serba ugal-ugalan.
Demikian kisah cinta Beethoven yang berkalang kesendirian dan penderitaan. Meski tak mujur dalam percintaan, Beethoven tetaplah musisi jenius yang dapat menghasilkan karya-karya ajaib, betapapun telinganya tuli di usia 40-an dan kemiskinan menggerogoti hingga akhir hayatnya.
Tercatat, Beethoven menghasilkan 65 komposisi sepanjang hidupnya yang terdiri dari 32 sonata piano, 16 kuartet string, 9 simfoni, 5 konserto piano, 1 konserto biola, 1 misa dan 1 opera.
Salah satu karyanya yang paling monumental, Symphony No.9 disebut sebagai komposisi musik terbaik abad ke-19.
Beethoven, mati dalam kesendirian
26 Maret 1827, puluhan ribu orang di Wina mengantar jenazah Beethoven ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Para petinggi, pejabat publik hingga para seniman turut menghadiri pemakamannya. Konon saat itu adalah salah satu hari paling menyedihkan bagi alam raya. Alam telah kehilangan salah satu penerjemah terbaiknya, yang begitu lihai menyiratkan potret kemegahan hidup ke dalam gubahan karya yang melegenda.