Djawanews.com – Arwendo Atmowiloto menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (19/7/2019) dalam usia 70 tahun. Sejarah hidup Arswendo sangat menarik untuk disimak, mengingat dia telah melahirkan banyak karya tulis berupa cerpen, novel, naskah drama, serta skenario film.
Arswendo lahir di Solo pada 26 November 1948, tepat pada hari ini 72 tahun yang lalu.
Nama aslinya adalah Sarwendo. Belakangan, penulis novel Keluarga Cemara ini mengubah namanya menjadi Arswendo karena dianggap kurang komersial dan pop. Kemudian, di belakangan namanya itu ditambahkan nama ayahnya, Atmowiloto.
Saat masih kecil, Wendo tak pernah membayangkan penjadi penulis. Cita-citanya saat itu adalah menjadi dokter.
Namun, karena ekonomi keluarganya pas-pasan, impian masa kecil Wendo tak pernah terwujud.
Wendo mulai produktif menulis setelah dirinya ikut lomba cerpen di Jakarta. Dia menjadi juara di lomba tersebut dan memutuskan pindah ke Ibukota.
Di sini, Wendo bekerja sebagai wartawan dan kemampuan menulisnya berkembang pesat. dia dapat menulis laporan jurnalistik sekaligus mengerjakan cerpen dan novel.
Adapun karya-karya Arswendo yang paling populer yakni Keluarga Cemara, Dua Ibu (1981), Senopati Pamungkas, Imung (1987) Canting (1986, Ali Topan Anak Jalanan (1997-1998), 1 Kakak 7 Ponakan (1996), dan Jalan Makin Membara II dan III (1995-1997).
Selain populer sebagai penulis, Arswendo ternyata pernah dipenjara gara-gara jajak pendapat pada tahun 1990. Tabloid Monitor yang digawanginya memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca. Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi Muhammad yang terpilih menjadi tokoh nomor 11.
Tak ayal, hal itu membuat sebagian besar masyarakat muslim murka dan terjadi keresahan di tengah masyarakat. Arswendo kemudian diproses secara hukum hingga divonis hukuman 5 tahun penjara.
Kini, Arswendo telah tiada, namun karya-karyanya akan tetap menjadi kenangan dan warisan berharga bagi Indonesia.