Djawanews.com – Hari ini, Alex Komang, salah satu aktor terbaik yang dimiliki Indonesia berpulang, tepat lima tahun silam, 13 Februari 2015 di RSUP dr. Kariadi, Semarang.
Semasa hidupnya, pria bernama asli Syaiful Nuha tersebut pernah dinobatkan sebagai aktor terbaik pada ajang penghargaan, Piala Citra tahun 1985.
Alex Komang, anak Jepara yang merantau ke Jakarta
Pria kelahiran Jepara, 17 September 1961 ini telah menaruh minat pada seni teater dan sastra sejak kecil. Perkenalannya dengan dunia seni peran berawal dari kegemarannya melahap karya sastra dan naskah drama di toko buku ayahnya, seperti Hamlet, Chekov hingga Shakespeare.
Saat remaja, tanpa sepengetahuan sang ayah, Alex Komang merantau ke Jakarta bersama saudaranya yang berjualan tenda. Ia memberanikan diri pergi ke Jakarta setelah berselisih dengan guru SMA-nya. Komang remaja ketahuan merusak ban motor sang guru lantaran menyukai perempuan yang sama.
Kepergiannya ke Jakarta, justru mendekatkan takdirnya menjadi seorang aktor.
“Mungkin karena suka nongkrong di Bulungan, Alex Komang lalu tertarik seni peran. (Tapi) Bapaknya enggak dikasih tahu,” ungkap Akhmad Sahal, salah seorang kerabat Alex Komang seperti dikutip dari Antara.
Bertahun-tahun kemudian, saat berhasil meraih Piala Citra tahun 1985, Alex Komang baru berani menceritakan pada ayahnya soal kehidupnya di dunia seni peran. Namun sang ayah marah dan kecewa. Selama dua tahun, keduanya tidak saling berbicara.
Pertemuan dengan Teguh Karya
Dari pergaulannya dengan seniman di Gelanggang Olahraga Bulungan, Jakarta Selatan, Alex Komang bergabung bersama Teater Egg (kini dikenal sebagai Teater Tetas). Ia turut mementaskan lakon “Jerit Tangis di Malam Buta” dalam festival teater remaja sekitar tahun 80-an.
Dari komunitas teater ini pula, ia bertemu dengan Teguh Karya yang kelak menjadi gurunya di Teater Populer. Di bawah asuhan Teguh Karya, Alex Komang menulis skenario dan memainkan sejumlah peran utama dalam film kolaborasinya dengan sang guru berjudul Secangkir Kopi Pahit (1985) dan Doea Tanda Mata (1985). Film ini lantas mengantarkan Alex Komang sebagai pemeran utama pria terbaik di Festival Film Indonesia (1985).
Karir Alex Komang di dunia seni peran terus berlanjut, ia dikenal sebagai salah satu aktor Indonesia jempolan. Perannya juga dapat ditemukan di sejumlah film pascareformasi seperti, Laskar Pelangi, Ca Bau Kan, Surat Kecil untuk Tuhan hingga True Love.
Jelang akhir hayat, Alex Komang didapuk sebagai Ketua Badan Perfilman
Musyawarah Besar (Mubes) Pembentukan Badan Perfilman Indonesia (BPI) yang berlangsung dari tanggal 15 hingga 17 Januari 2014 di Hotel Balairung, Jakarta mendaulat Alex Komang sebagai Ketua Badan Perfilman Indonesia periode 2014-2017.
Sayang, belum usai masa jabatannya, pada Jumat, 13 Februari 2015, Alex Komang meninggal dunia di RSUP dr. Kariadi, Semarang, setelah berjuang melawan penyakit kanker hati. Ia berpulang di usia 53 tahun, meninggalkan sang istri, Nori, seorang wanita berkebangsaan Malaysia yang ia nikahi tahun 1998 dan seorang anak.
Jenazah Alex Komang kemudian dipulangkan ke kampung halamannya di Jepara. Ia dimakamkan tepat di sebelah pusara sang ayah, di Desa Pecangaan Kulon, Kecamatan Pecangaan, Jepara.