Djawanews.com – Bukan rahasia lagi, Presiden Indonesia pertama, Sukarno adalah pecinta wanita, dunia klenik, pusaka bertuah, serta lukisan dan beragam koleksi seni. Namun tidak banyak yang tahu, Sukarno juga merupakan sosok yang sangat menyayangi anak-anak.
Sebab kecintaannya, saat masa pemerintahan Sukarno, sebuah gazebo yang berdiri di tengah lapangan hijau penghubung Istana Negara dan Istana Merdeka, digubah menjadi kelas Taman Kanak-kanak (TK). Bung Karno bahkan turut menyekolahkan putra-putrinya sana. Tak terkecuali anak-anak dari staf Istana dan penduduk sekitar.
TK tersebut dipimpin Soerjojono atau akrab dikenal sebagai Pak Kasur dan istrinya, Ibu Kasur. Keduanya merupakan pendidik dan penulis lagu anak yang seumur hidupnya mengabdi untuk pendidikan anak di Indonesia.
Dua orang murid yang pernah merasakan hangatnya pendidikan di TK besutan Bung Karno, Ismiati dan adiknya, Ismiatun punya kenangan tersendiri dengan Si Bung Besar.
“Adik saya, Ismiatun, malah pegang-pegang hidung Bung Karno segala. Bung Karno senang. Beliau akrab, sayang terhadap anak-anak,” tulis Ismiati dalam buku Pak Kasur: Pengabdi Pendidikan.
Hari kanak-kanak nasional
Sebab kedekatan Bung Karno dengan anak-anak, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sepakat menjadikan hari lahir Putra Sang Fajar pada tanggal 6 Juni sebagai Hari Kanak-Kanak Nasional, istilah saat itu. Keputusan itu diambil berdasarkan Kongres Kowani ke-13 di Jakarta yang berlangsung pada 24-28 Juli 1964.
Hari Kanak-kanak Nasional atau Hari Anak Indonesia pun masih dirayakan hingga tahun 1966. Namun sebab polemik Tragedi Berdarah G30S/PKI, pemerintah Soeharto selanjutnya melarang peringatan Hari Kanak-kanak Nasional pada tahun 1967.
Hari Anak Indonesia yang bertepatan dengan tanggal lahir Sukarno pun lenyap sejak saat itu, karena dinilai merupakan perayaan yang diprakarsai komunis. Lantas di era kepemimpinan Soeharto, hari anak Indonesia dicetuskan kembali dan disahkan pada 23 Juli, diselaraskan dengan pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979.