Djawanews.com - Pada 3 Juli 1946, tepat hari ini 73 tahun lalu, Jenderal Mayor Sudarsono beserta pemimpin politik yang bebas dari Wirogunan itu menuju istana di pagi hari, dalam kawalan pasukan pimpinan Sersan Gudel. Setibanya di depan Istana Negara Gedung Agung, pasukan pengawal istana dan presiden melucuti mereka. Haram hukumnya seorang tentara, bahkan jenderal sekalipun, membawa senjata apapun ketika hendak menemui presiden.
Pagi itu, Hatta sedang mengobrol dengan Mr. Abdulmadjid, kawan Hatta di Perhimpoenan Indonesia. Tiba-tiba seorang pengawal menghampiri Hatta dan Hatta diminta datang oleh Presiden Sukarno. Sukarno sedang bersama Sudarsono.
Begitu Hatta tiba, Sukarno menunjukkan sebuah surat yang isinya meminta agar Kabinet Sjahrir dibubarkan dan dibentuk kabinet baru. Surat itu, menurut Sudarsono, berasal dari Jenderal Soedirman. “Aku tidak percaya. Sebab itu aku pergi ke kamar sebelah, menelpon kepada Jenderal Oerip Soemohardjo, menanyakan di mana pada waktu itu Panglima Soedirman. Sekaligus aku ceritakan isi surat yang dibawakan oleh Jenderal Sudarsono. Jenderal Oerip menjawab, bahwa Panglima Besar Soedirman mustahil membuat surat semacam itu kepada Presiden,” tulis Hatta.