Kota Makassar adalah salah satu kota tertua di Indonesia yang menyimpan kejayaan masa lalu.
Meskipun pada tahun 1971 hingga 1999 Kota Makassar disebut sebagai Ujung Pandang, kini ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dikenal kembali dengan Makassar, sebuah kota yang berusia empat abad lebih.
Meskipun pernah dicatat sebagai wilayah taklukkan Kerajaan Majapahit sejak abad ke 14, asal muasal dan pengembangan Kota Makassar sangat dipengaruhi oleh kerajaan Islam pada abad ke 16.
Kota Makassar dan Masuknya Pengaruh Islam
Kejayaan Kota Makassar ketika berada di bawah kepemimpinan Raja Tallo ke VI pada abad ke 16. Pada masa itu Makassar menjadi pusat perdagangan di wilayah Nusantara bagian timur, dan menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara.
Kepemimpinan Islam di Makassar diawali oleh kedatangan Abdul Ma’mur Khatib Tunggal atau Dato’ Ri Bandang yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.
Pada bulan September 1605, Dato’ Ri Bandang tiba di Tallo (Makassar), dan kemudian berhasil mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I-Mangngarangi Daeng Manrabia, yang kemudian bergelar Sultan Alauddin (memerintah Tahun 1593-1639).
Selain Raja Gowa, Dato’ Ri Bandang juga mengislamkan Raja Tallo Mangkubumi I-Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka. Kedua raja tersebut kemudian menjadi pemimpin yang memeluk agama Islam di Sulawesi Selatan.
Pada tanggal 9 Nopember 1607, berdasarkan catatan sejarah, berlangsung momen salat Jumat untuk pertama kalinya di Masjid Tallo. Kemudian, pada tahun 2000, di setiap tanggal 9 November diperingati sebagai hari jadi Kota Makassar. Penetapan 9 November sebagai hari jadi Kota Makassar merupakan revisi dari sebelumnya yang diperingati setiap 1 April.
Pada laman Kota Makassar mencatat jika pada masa lalu kaum borjuis Makassar dan para rakyatnya telah aktif dalam jaringan perdagangan internasional, sehingga menimbulkan sebuah creative renaissance.
Hal tersebut yang melatarbelakangi, Makassar di masa lampau sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan. Yang mengejutkan adalah pada masa itu di Makassar sudah terdapat banyak koleksi buku dan peta, sedangkan di Eropa masih minim.
Kota Makassar Sumber Peradaban Masa Lampau
Pada masa lampau Makassar adalah salah satu perpustakaan ilmiah terbesar di dunia, hal tersebut tidak luput dari peranan para pemimpin waktu itu. Diketahui, jika para sultan sangat mencintai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Bola dunia dan teropong bintang terbesar di dunia, pada masa itu dipesan secara langsung oleh para sultan. Namun, ambisi para pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo pada masa itu yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya mengakibatkan peperangan besar.
Akibat persaingan Bandar Makassar dengan Kompeni Dagang Belanda (VOC), maka meletus perang paling sengit yang berlangsung selama tiga tahun. Pada Tahun 1669, Belanda dapat merebut dan meratakan Kota Makassar beserta benteng terbesarnya, Somba Opu.
Setelah dikuasai oleh VOC, pelabuhan Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga para saudagar pindah ke pelabuhan-pelabuhan lain. Kemudian pada tahun 1673 Makassar ditata ulang oleh VOC, dan dijadikan pusat pertahanan dan pemerintahan yang dinamai Fort Rotterdam.
Kota Makassar selama dikuasai VOC hingga abad 19 menjadi kota yang tertinggal dan hanya dihuni oleh para budak. Peradaban dan kejayaan masa lampau telah dilupakan di kota itu.