Djawanews.com – Pada 23 Juli 1956, Ketua DPR RI saat itu, Sartono dibuat kaget dengan datangnya surat dari Wakil Presiden Pertama RI, Mohammad Hatta.
Bagaimana tidak, dalam surat tertanggal 20 Juli 1956 itu, Bung Hatta menyatakan ingin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wakil Presiden.
“Merdeka, dengan ini saya beritahukan dengan hormat, bahwa sekarang setelah Dewan Perwakilan Rakyat yang dipilih rakyat mulai bekerja, dan Konstituate menurut pilihan rakyat sudah tersusun, sudah tiba waktunya bagi saya mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Segera, setelah konstituante dilantik, saya akan meletakkan jabatan itu secara resmi,” demikian bunyi surat yang dikirimkan Hatta.
Mendapat surat tersebut, Sartono pusing kepalang. Dia pun menolak surat pengunduran itu secara halus dengan mendiamkannya atau tidak menanggapi surat yang dikirimkan Bung Hatta.
Saat surat itu didiamkan oleh DPR dengan harapan keinginan tersebut akan hilang dengan sendirinya, Hatta kembali mengirimkan surat pada 23 November 1956. Isi suratnya sama. Dalam surat itu Bung Hatta menegaskan bahwa pada tanggal 1 Desember 1956, dia akan berhent sebagai wakil Presiden RI.
Akhirnya, pada sidang DPR yang digelar pada 30 November 1956, DPR sepakat untuk memenuhi permintaan Hatta.
Maka, seminggu setelah Hatta berkirim surat, DPR menyatakan setuju untuk melepas Mohammad Hatta sebagai waki presiden. jadi, terhitung sejak 1 Desember 1956, Hatta resmi mengakhiri jabatan Wakil Presiden RI yang telah diembannya selama 11 tahun.