Dilahirkan dengan nama Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri, Megawati atau yang biasa dipanggil “Mbak Mega” merupakan anak kedua Soekarno dari pernikahannya dengan Fatmawati.
Pernah menjadi Presiden Republik Indonesia ke-5, karir politik Megawati masih berpengaruh kuat. Hal tersebut tidak lain karena jabatannya sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P), sejak tahun 1999.
Pergolakan Kehidupan Pribadi Megawati
Meskipun kini Megawati dapat dikatakan sebagai salah satu elit politik di Indonesia, namun perlu diketahui jika pada awalnya Megawati sama sekali tidak tertarik di dunia politik.
Masuknya Megawati ke kancah politik, tidak lain setelah pernikahan ketiganya dengan Taufiq Kiemas—yang merupakan aktifis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Sebelumnya, Megawati pernah menikah dengan seorang perwira TNI-AU, Surindro Supjarso. Namun naas, pada 22 Januari 2970 pesawat yang dikemudikan Surindro jatuh di perairan pulau Biak.

Foto-foto Megawati ketika anak-anak hingga remaja (liputan6)
Kemudian pada tahun 1972, Megawati merajut asmara dengan Diplomat Mesir, Hassan Gamal Ahmad Hasan. Namun, pernikahan mereka hanya berlangsung selama tiga bulan, lantaran media menyoroti jika Megawati masih menjadi istri Surindro dan keluarga besar Sukarno membatalkan pernikahan tersebut.
Satu tahun setelahnya, Megawati menikah untuk ketiga kalinya dengan Taufiq Kiemas, hingga pada tahun 1987 mereka masuk menjadi anggota Partai Demoktasi Indonesia (PDI).
Kebahagiaan dan Awal Karir Politik Megawati
Ada kisah menarik dibalik masuknya Megawati dan Kiemas dalam PDI. Dilansir dari Kompas, hal tersebut tidak lepas dari peran Sabam Sirait. Sebelumnya, keluarga Soekarno telah sepakat untuk tidak masuk ke dalam dunia politik.
Keputusan Keluarga Besar Soekarno Hal tersebut dilakukan, lantaran pada masa Orde Baru segala aktifitas politik anak-anak Soekarno dibatasi dan dilarang. Namun Sabam Sirait tetap mendorong Megawati dan Kiemas untuk masuk PDI, hingga mereka mencalonkan diri sebagai anggota DPR.
Apa yang dilakukan Sirait tidaklah sia-sia, tercatat pada tahun 1987—1992 Megawati dan Kiemas menjadi anggota DPR/MPR. Puncaknya pada tahun 1993 Megawati didapuk menjadi Ketua Umum PDI melalui Kongres Luar Biasa (KLB).
Popularitas Megawati melejit mengalahkan Ketua Umum PDI Soerjadi. Hal tersebut membuat konflik internal berkembang di dalam tubuh partai.

Megawati di tengah awak media, setelah dirinya dipilih menjadi Ketua Umum PDI pada tahun 1993 (kompas)
Meningkatnya Popularitas Megawati
Kongres PDI di Surabaya tahun 1993, bahkan mengukuhkan Megawati menjadi Ketua Umum PDI periode 1993—1998, tentu hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan pemerintah Orde Baru.
Konflik internal PDI menjadi ketika pada 1996 ketika PDI Pro Soerjadi mengadakan kongres Medan dan memilih Soerjadi menjadi ketua umum. Puncaknya adalah ketika massa PDI Pro Soerjadi merebut paksa Kantor Dewan Pimpinan Pusat PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta.
Perjalanan karir politik Megawati semakin meroket ketika Orde Baru tumbang, hingga berdirinya parta besutannya, PDI Perjuangan (PDI-P).
Di Pemilu 1999, PDI-P menjadi partai pemenang dengan perolehan suara sebanyak 33,74 persen.Kendati memperoleh suara banyak, Megawati tergajal kekuatan parlemen yang memilih Gus Dur sebagai presiden dan Megawati sebagai wakilnya.
Hingga pada 23 Juli 2001, Megawati menjadi Presiden ke-5 Indonesia setelah Gus Dur dilengserkan dalam Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).