Hari ini, 6 Januari, adalah hari kelahiran salah satu penyair yang paling dikenal di seluruh dunia, Khalil Gibran. Ia lahir di Lebanon pada tahun 1883 dan meninggal di New York City, Amerika Serikat, pada 10 April 1931.
Khalil Gibran sebenarnya tidak hanya dikenal sebagai seorang penyair, namun juga sebagai pelukis serta penulis cerita pendek dan esai. Meski ia lahir di Lebanon, Gibran hidup di Amerika. Bahkan, ia dijuluki sebagai asy-syu’ara al-mahjar atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan penyair-penyair yang bermigrasi.
Meski ia dikenal sebagai seorang seniman yang menghasilkan banyak jenis karya, Gibran dianggap sebagai penyair. Puisinya telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa—termasuk bahasa Indonesa—dan terjual lebih dari sembilan juta kopi.
Salah satu buku yang hingga kini bisa ditemui di toko buku adalah The Prophet (Sang Nabi). Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1923 dan terus dicetak ulang hingga sekarang. Di Indonesia, The Prophet pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Pembangunan pada 1949. Saat itu Bahrum Rangkuti bertugas sebagai penerjemah karya-karya Gibran.
Meledaknya puisi Gibran di seluruh dunia membuat Gibran dianggap sebagai salah satu penyair populer di dunia bersama Shakespeare. The Prophet mendapat respon baik dari para pembacanya. Bahkan, ada sebuah sekolah umum di Brooklyn yang dinamai dengan Khalil Gibran International Academy.
Tidak hanya menjadi nama sekolah, sajak Gibran juga dibacakan di acara pernikahan, di pemakaman, menjadi bagian dari iklan, dan banyak dikutip oleh tokoh lain. The Beatles, John F Kennedy, dan Indira Gandhi adalah beberapa tokoh yang terpengaruh dengan karya Gibran.
Mengapa Karya Khalil Gibran Banyak Disukai?
Ada banyak pendapat yang menyatakan alasan kenapa karya Gibran banyak disukai oleh para pembaca di seluruh dunia. Tak peduli latar belakang si pembaca, penyair Lebanon itu seolah mampu merangkul mereka dalam kata-katanya.
Dr Mohamed Salah Omri, dosen sastra Arab Modern di Universitas Oxford, seperti yang dilansir dari bbc.com, mengatakan, Gibran sering menulis peristiwa-peristiwa besar dalam hidup seseorang secara general. Oleh karenanya, banyak orang menjadikan buku Khalil Gibran sebagai kado kepada orang lain. Alasan ini juga menjawab pertanyan mengapa puisi Gibran banyak berkembang dari mulut ke mulut.
Laurie Sue, seorang pendeta antaragama di New York memiliki pendapat yang sedikit berbea dari Dr Mohamed Salah Omri. Ia menganggap karya-karya Gibran mampu ‘berbicara’ kepada orang lain dalam berbagai tahap dalam diri mereka.
Ia memiliki kualitas magis, semakin Anda membacanya semakin Anda memahami kata-kata itu,” ujar Pendeta Laurie Sue.
Pendeta Laurie juga menganggap salah satu faktor yang membuat puisi Gibran banyak disukai adalah tidak adanya dogma apapun dalam karya Gibran. Oleh karenanya, siapapun bisa menikmati karya Gibran meski ia Muslim, Kristen, atau Yahudi.
Di Lebanon, tempat kelahirannya, Khalil Gibran memang dianggap sebagai tokoh besar sastra. Karya dan namanya mampu memengaruhi karya-karya penyair dalam sastra Arab. Meski begitu, Gibran juga dianggap sebagai pemberontak, termasuk dalam hal politik.
Gibran memang bermigrasi ke Amerika. Namun ia tercatat sempat kembali ke Lebanon dan belajar di tempat kelahirannya selama tiga tahun. Saat itu pula ia menyaksikan ketidakadilan para penguasa kepada para petani.
Pemberontakan yang ia lakukan, terutama dalam karya-karyanya, membuat Gibran dianggap sebagai sosok yang revolusioner. Salah satunya wujud pemberontakannya berada dalam naskah drama yang berjudul Spirits Rebellious. Karya ini berisi empat cerita kontemporer yang menyindiri dan menyerang para koruptor di sekitarnya. Gibran harus menerima hukuman berupa pengucilan dari Gereja Maronit. Meski begitu, beberapa orang justru menganggap karya Gibran sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas.