Haji Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka merupakan seorang ulama dan sastarawan Indonesia. Sepanjang hidupnya, Hamka menghabiskan waktunya sebagai seorang wartawan, penulis, dan pengajar. Buya Hamka meninggal pada Jumat pagi, 24 Juli 1981, tepat pada hari ini 39 tahun yang lalu.
Djawanews.com – Ada banyak sekali ulama kenamaan yang lahir dari Minangkabau. Salah satunya adalah Haji Abdul Marik Karim Amrullah, alias Buya Hamka.
Hamka merupakan seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Sepanjang hidupnya, Hamka menghabiskan waktunya sebagai seorang wartawan, penulis, dan pengajar.
Tak hanya itu, Hamka juga pernah terlibat politik praktis melalui Masyumi hingga partai tersebut dibubarkan.
Hamka juga tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam organisai Muhammadiyah sampai akhir hayatnya.
Hamka meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, Mesir dan Universitas Nasional Malaysia berkat tafsir Al-Azhar yang ditulisnya selama mendekam di penjara pada saat orde lama.
Sementara itu, Universitas Moestopo, Jakarta mendapik Hamka sebagai guru besar. Namanya pun disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah.
Bahkan, nama Hamka masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.
Hamka lahir pada 17 Februari 1908 di Tanah Sirah, saat ini masuk wilayah Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Abdul Malik merupakan anak pertama dari pasangan Abdul Karim Amrullah “Haji Rasul” dan Safiyah.
Ada fakta menarik tentang Hamka dan ayahnya, khsususnya soal pengakuan dunia internasional akan taraf keilmuan mereka.
Penyair Taufik Ismail dalam ‘KH A. Gaffar Ismail Setengah Abada Membina Ummat di Pekalongan’ (2011 hlm 12) menyebut Hamka dan Haji Rasul merupakan pasangan ayah dan anak di Indonesia yang mendapatkan gelar doctor honoris causa dari Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir.
“(Ayahanda Buya Hamka) dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa Oleh Universitas Al-Azhar, Kairo pada tahun 1926. Beliau lebih dikenal dengan julukan Haji Rasul, Inyik Doktor atau Inyik DR. Buya Hamka mendapat penghargaan yang serupa 35 tahun kemudian, pada 1961, orang ketiga dari Indonesia. Sebagai ayah dan anak, mereka (Buya Hamka dan ayahnya) pasangan pertama yang mendapat kehormatan tinggi tersebut,” tulis Taufik Ismail.
Buya Hamka meninggal pada Jumat pagi, 24 Juli 1981, tepat pada hari ini 39 tahun yang lalu.
“Nafas Ayah pun pekan-pelan berhenti, Grafik jantung berjalan lurus tanpa ada denyutan. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun,” tulis Rusydi Hamka, anak Buya Hamka dalam buku berjudul ‘Pribadi dan Martabat Buya Hamka’ (2016).